- Mengurangi kecemasan dan depresi, yang sering dialami pasien neurodegeneratif.
- Memperlambat peradangan otak, yang berkontribusi pada progresi Alzheimer.
- Meningkatkan fungsi kognitif dalam tahap awal penyakit Alzheimer.
Risiko dan Tantangan dalam Penggunaan Ganja untuk Penyakit Neurodegeneratif
Meskipun memiliki potensi manfaat, penggunaan ganja untuk Parkinson dan Alzheimer juga memiliki risiko, seperti:
1. Efek psikoaktif dari THC, yang dapat menyebabkan kebingungan atau paranoia pada lansia.
2. Ketergantungan, meskipun lebih umum pada THC daripada CBD.
3. Kurangnya regulasi yang jelas, terutama di negara yang belum melegalkan ganja medis.
4. Efek samping seperti pusing, tekanan darah rendah, dan gangguan memori jangka pendek.
Kesimpulan: Apakah Ganja Bisa Menjadi Alternatif Pengobatan?
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, ganja menunjukkan potensi sebagai terapi tambahan bagi penderita Parkinson dan Alzheimer.
Kandungan CBD dan THC dalam ganja dapat membantu mengurangi gejala seperti tremor newage, gangguan tidur, kecemasan, dan peradangan otak.
Namun, hingga saat ini belum ada bukti kuat bahwa ganja dapat menyembuhkan atau menghentikan perkembangan kedua penyakit ini.
Diperlukan lebih banyak penelitian klinis untuk memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan ganja dalam jangka panjang bagi pasien neuro degeneratif.
Selain itu, regulasi yang ketat dan pengawasan medis yang baik sangat diperlukan agar penggunaan ganja medis tidak disalahgunakan.