BOGORINSIDER.com - Pernah dengar istilah "ikut kata hati" atau merasa seperti ada "kupu-kupu di perut" saat gugup? Ternyata, perasaan-perasaan tersebut bukan sekadar kiasan belaka. Para ilmuwan telah menemukan bahwa usus dan otak memiliki koneksi yang sangat erat jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan sebelumnya.
Penelitian dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa kondisi saluran pencernaan kita bisa berdampak langsung pada kondisi mental, seperti stres, kecemasan, bahkan risiko gangguan neurodegeneratif. Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan antara kesehatan usus dan kesehatan mental? Simak faktanya berikut ini.
1. Usus, Akar dari Stres dan Kecemasan
Usus bukan sekadar organ pencernaan. Ia adalah pusat komunikasi yang intens dengan otak melalui saraf vagus—jalur komunikasi utama dalam sistem saraf otonom. Ketika bakteri jahat berkembang di dalam usus, saraf vagus bisa mengalami peradangan, memicu peningkatan hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres.
Pola makan menjadi kunci penting. Konsumsi makanan ultra-olahan yang tinggi gula dan lemak jenuh dapat merusak flora usus, memperparah stres dan kecemasan. Sebaliknya, makanan utuh dari sumber nabati kaya akan serat dan probiotik alami yang membantu menjaga keseimbangan mikrobioma usus—sehingga menstabilkan suasana hati dan stres.
2. Gangguan Usus Bisa Picu Kabut Otak
Jika kamu sering merasa susah fokus, mudah lelah secara mental, atau bahkan merasa pikiranmu berkabut, jangan langsung menyalahkan kurang tidur atau kelelahan. Bisa jadi, ususmu sedang tidak sehat.
Penyakit seperti sindrom iritasi usus (IBS), penyakit radang usus (IBD), dan pertumbuhan berlebih bakteri di usus kecil (SIBO) diketahui bisa menyebabkan malabsorpsi nutrisi dan dehidrasi yang berdampak pada fungsi kognitif. Akibatnya, muncul gejala seperti pusing, lemas, bahkan sakit kepala.
3. Mikrobioma Usus Pengaruhi Kesehatan Mental
Hubungan antara usus dan otak disebut sebagai gut-brain axis. Mikrobioma usus—kumpulan triliunan mikroorganisme dalam sistem pencernaan diketahui punya pengaruh besar terhadap emosi, pola pikir, dan bahkan risiko gangguan mental.
Sebuah studi tahun 2020 dalam jurnal Cureus menyebutkan bahwa mikrobioma usus yang sehat dapat membantu mengelola stres, kecemasan, hingga depresi. Bahkan kondisi seperti gastroparesis (lambung yang lambat mengosongkan makanan) bisa menurunkan nafsu makan dan berdampak langsung pada kondisi psikologis penderitanya.
4. Peradangan Usus Bisa Memicu Penurunan Kognitif
Usus yang terus-menerus mengalami peradangan tak hanya mengganggu pencernaan, tapi juga bisa menyebabkan neuroinflammation (radang otak), yang berkaitan dengan berbagai penyakit otak seperti Alzheimer, demensia, Parkinson, hingga skizofrenia.
Menurut pakar onkologi Dr. Liudmila Schafer, mikroba usus melepaskan senyawa kimia yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan akhirnya berdampak pada sistem saraf pusat. Maka dari itu, menjaga kesehatan usus bukan hanya penting untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran.
Artikel Terkait
Apple Tawarkan Diskon untuk MacBook Air M4 & iPad Air M3, Khusus Sektor Pendidikan di Indonesia
4 Cara Mengolah Seafood Agar Tidak Berbau Amis