BogorInsider - Emotional eating atau makan karena dorongan emosi adalah kebiasaan umum yang bisa dialami siapa saja. Saat stres, cemas, bosan, atau bahkan senang, banyak orang mencari pelarian lewat makanan. Sayangnya, kebiasaan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental jika tidak dikendalikan. Untuk itu, penting untuk mengenali dan mengatasi emotional eating dengan strategi yang tepat.
Berikut beberapa langkah yang bisa membantu Anda mengelola kebiasaan ini secara efektif:
1. Kenali Sinyal Lapar yang Sebenarnya
Langkah pertama adalah membedakan antara lapar fisik dan lapar emosional. Tanyakan pada diri sendiri:
- Apakah saya benar-benar lapar?
- Apakah saya merasakan perut kosong, tubuh lemas, atau sulit berkonsentrasi?
Jika tidak ada tanda-tanda fisik tersebut, kemungkinan besar Anda hanya lapar secara emosional. Mengenali perbedaan ini membantu Anda mengambil keputusan makan yang lebih sadar.
2. Buat Jurnal Makan dan Emosi
Mencatat apa yang Anda makan, kapan Anda makan, suasana hati saat itu, dan alasan mengapa Anda makan dapat membantu mengidentifikasi pola emotional eating. Jurnal ini menjadi alat refleksi yang kuat untuk melihat hubungan antara emosi dan kebiasaan makan Anda. Seiring waktu, Anda akan lebih peka terhadap pemicu-pemicu emosional dan belajar mengelolanya lebih baik.
3. Cari Alternatif Selain Makan
Saat dorongan untuk makan karena emosi muncul, cobalah alihkan perhatian Anda ke aktivitas lain yang menenangkan dan menyenangkan. Beberapa alternatif yang bisa dicoba:
- Mendengarkan musik yang menenangkan atau menggugah semangat
- Berolahraga ringan seperti jalan kaki atau stretching
- Menulis jurnal, puisi, atau sekadar curhat di buku harian
- Melukis, menggambar, atau mewarnai
- Menghabiskan waktu di luar ruangan, seperti berjalan di taman
- Melakukan meditasi atau yoga untuk menenangkan pikiran
Aktivitas ini bisa membantu meredakan stres tanpa harus melibatkan makanan.
4. Kelola Emosi dengan Cara yang Sehat
Jika emotional eating sering terjadi dan Anda merasa kewalahan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional. Konseling dengan psikolog atau terapis bisa membantu Anda memahami akar emosi yang mendorong perilaku makan, sekaligus belajar strategi coping yang lebih sehat.
Emotional eating adalah respons emosional yang sering kali kita lakukan tanpa sadar. Meski tampak sebagai solusi instan untuk mengatasi stres, kebiasaan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan jika tidak ditangani dengan baik. Dengan belajar mengenali sinyal lapar, membuat jurnal makan, dan mencari cara sehat untuk mengelola emosi, Anda bisa mengendalikan perilaku makan emosional dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.
Artikel Terkait
Hari Kedua Pencarian, Tim SAR Belum Temukan Korban Baru KMP Tunu Pratama Jaya
Abdul Rahman Saleh, Eks Jaksa Agung Era SBY Wafat di Jakarta
Tiga Tersangka Kasus Kematian Brigadir MN di Gili Trawangan, Termasuk Dua Eks Polisi
Cisco Bangun Infrastruktur Digital Aman dan Tangguh untuk Menyongsong Era AI
Mayoritas Tim AI Elit Pilihan Zuckerberg Berasal dari China