BOGORINSIDER.com --Pernikahan sering digambarkan sebagai taman yang tertata rapi cinta, rasa aman, dan kebahagiaan. Namun ketika sebuah isu seperti perselingkuhan muncul, taman itu tiba-tiba berubah menjadi ladang duri yang menusuk perlahan.
Kasus perselingkuhan baik pada publik figur maupun orang biasa menjadi alarm bagi banyak pasangan ada sesuatu yang mungkin hilang meski tak tampak.
Di artikel ini kita akan mengupas kenapa komunikasi menjadi kunci dalam pernikahan, dan bagaimana publik bisa belajar dari kasus-kasus perselingkuhan yang mencuat.
Kasus perselingkuhan sering kali ditutup dengan stigma, rahasia, atau rasa malu. Namun dalam era media sosial, isu-isu ini jadi sangat terbuka dan cepat menyebar.
Misalnya, terdapat penelitian bahwa perselingkuhan di lingkungan kerja atau organisasi publik dapat merusak tidak hanya keluarga tetapi juga kepercayaan terhadap institusi.
Dengan demikian, publik bisa melihat bahwa “rumah tangga” bukanlah entitas privat sepenuhnya karena reputasi, citra, dan hubungan interpersonal membawa ekor sosial yang luas.
Banyak psikolog dan komunikasi relational menyebutkan bahwa konflik dalam pernikahan bukan selalu berasal dari “perselingkuhan” semata, tetapi dari rangkaian masalah yang belum diselesaikan kurangnya kejelasan peran, minimnya waktu bersama, dan komunikasi yang putus atau dangkal.
Baca Juga: Na Daehoon, Mualaf Korea yang Dikenal Ramah dan Cinta Keluarga harus Diselingkuhi Istrinya Sendiri
Ketika pasangan berhenti berbagi harapan, ketakutan, maupun perubahan diri — maka risiko terjadinya “terpisah dalam diam” menjadi nyata.
Beberapa elemen komunikasi penting meliputi:
-
Ekspektasi yang terbuka: Apa yang diharapkan dari hubungan (karier, keluarga, pengasuhan) perlu dibicarakan.
-
Perubahan hidup bersama: Misalnya ketika salah satu partner pindah negara, berkarier, menjadi orang tua – hal tersebut harus dikomunikasikan dengan baik.
-
Waktu & kesempatan koneksi: Mendiskusikan bukan hanya rutinitas, tetapi juga kondisi emosional, spiritual, dan aspirasi.