Kelebihan Malaysia:
- Pajak korporasi hanya 3% (bisa 0% untuk investasi luar negeri).
- Struktur family office sederhana dan cepat dibentuk.
- Akses mudah ke bank internasional di Kuala Lumpur & Labuan.
Tapi Malaysia masih menghadapi tantangan kepercayaan investor.
Stabilitas politik yang fluktuatif dan sistem hukum yang belum seketat Singapura membuat beberapa investor ragu.
Indonesia: Penantang Baru dengan Potensi Besar
Indonesia baru masuk ke arena ini pada 2025 lewat gagasan Luhut Binsar Pandjaitan dan dukungan investor global Ray Dalio.
Pemerintah berambisi menjadikan Bali sebagai pusat family office hub di Asia Tenggara.
Kelebihan Indonesia:
- Biaya operasional rendah (20–30% lebih murah dari Singapura).
- Lifestyle premium & citra eksotis (Bali, Labuan Bajo, Jakarta).
- Pasar domestik besar (280 juta jiwa).
- Konektivitas internasional meningkat lewat pengembangan Bandara Ngurah Rai dan infrastruktur digital.
- Insentif pajak & visa family office tengah disiapkan.
“Bali punya potensi jadi magnet baru bagi wealth manager dunia,” ujar Ray Dalio saat kunjungan ke Indonesia.
Tantangan yang Harus Diatasi Indonesia
Meski potensinya besar, Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala:
- Regulasi belum lengkap.
OJK masih menyusun klasifikasi family office dan mekanisme pengawasan. - Kapasitas SDM keuangan terbatas.
Tenaga profesional di bidang wealth management dan legal finance masih minim. - Persepsi stabilitas hukum.
Investor global masih memantau kepastian hukum dan keamanan aset. - Koordinasi lintas kementerian.
Proyek ini melibatkan banyak lembaga OJK, Kemenkeu, Imigrasi, BKPM, dan DEN.
“Jika ingin bersaing dengan Singapura, Indonesia harus punya sistem seefisien mereka, tapi dengan keunggulan biaya dan gaya hidup yang unik,” ujar ekonom INDEF.
Strategi Indonesia: Bukan Saingan, Tapi Alternatif
Alih-alih bersaing langsung, Indonesia bisa menempatkan diri sebagai alternatif strategis:
- Menjadi pilihan kedua setelah Singapura (second home office).
- Menawarkan “Lifestyle + Investment Hub” di Bali dan Jakarta.
- Fokus ke family office sosial (social enterprise) dan investasi berdampak.
- Memanfaatkan reputasi ESG (Environmental, Social, Governance) yang semakin populer.
Dengan pendekatan ini, Indonesia tak harus menggantikan Singapura, tapi melengkapi ekosistem investasi Asia.
Baca Juga: OJK dan Imigrasi Siapkan Regulasi Family Office di Indonesia
Proyeksi Lima Tahun ke Depan
Jika regulasi dan infrastruktur berjalan lancar, Indonesia bisa menampung: