BOGORINSIDER.com – Kereta cepat Whoosh masih melaju kencang di jalur Jakarta–Bandung, tapi kini membawa beban yang tak kasat mata: utang Rp116 triliun dan harapan besar publik.
Pernyataan tegas Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa yang menolak penggunaan APBN untuk menalangi utang proyek tersebut bukan sekadar kebijakan fiskal tapi juga simbol perubahan arah berpikir bangsa.
Langkah ini menandai babak baru: era disiplin anggaran dan tanggung jawab korporasi di tengah ambisi pembangunan besar.
Whoosh: Antara Simbol Kemajuan dan Catatan Evaluasi
Tidak bisa dipungkiri, Whoosh adalah proyek monumental.
Ia menandai bab pertama modernisasi transportasi cepat di Asia Tenggara dan menjadi kebanggaan nasional.
Namun di sisi lain, proyek ini juga menunjukkan bahwa inovasi besar tak bisa dilepaskan dari prinsip efisiensi dan transparansi.
Ekonom Bhima Yudhistira menilai proyek ini akan dikenang bukan karena kecepatannya, tapi karena pelajaran di baliknya.
“Whoosh adalah simbol: secepat apa pun kita berlari, disiplin fiskal harus jadi rel yang tak boleh dilanggar.”
Purbaya dan Paradigma Baru Fiskal
Dalam berbagai pernyataannya, Purbaya menegaskan bahwa APBN harus dijaga dari potensi risiko utang proyek komersial.
Keputusannya menolak talangan dianggap berani, tapi juga strategis.
“Kalau APBN turun setiap kali proyek rugi, kita tidak akan pernah belajar,” ujarnya.
Sikap ini didukung Istana dan DPR, serta menuai apresiasi publik.
Survei Indikator menunjukkan 78% masyarakat mendukung keputusan tersebut angka yang menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap kebijakan disiplin fiskal.
Baca Juga: Utang Raksasa Whoosh, Cermin Tata Kelola BUMN
Danantara dan KCIC di Persimpangan
Tanggung jawab kini sepenuhnya berada di tangan BPI Danantara dan KCIC.
Dua entitas ini memegang kunci masa depan Whoosh, baik dari sisi operasional maupun finansial.
Mereka sedang menyiapkan dua langkah besar:
- Restrukturisasi utang dengan China Development Bank (CDB) agar bunga dan tenor lebih ringan.
- Optimalisasi pendapatan Whoosh, termasuk integrasi tiket dengan moda transportasi lain seperti LRT dan KAI lokal.
“Jika dikelola dengan baik, Whoosh tetap bisa untung dalam jangka panjang,” kata Rini Mariani Soemarno, mantan Menteri BUMN, kepada Sewaktu.id.
Namun, ia mengingatkan bahwa pengawasan publik harus tetap ketat agar tidak terulang kesalahan serupa.
Dampak Sistemik dan Reformasi BUMN