Sorotan Media dan Efek Sosial
Media punya peran besar dalam membentuk citra artis.
Ketika seorang publik figur tertangkap, pemberitaan masif sering kali mempermalukan pelaku tanpa ruang untuk pemulihan.
“Efek sosial dari pemberitaan itu bisa lebih berat dari hukuman penjara,” kata Dian Armand, dosen komunikasi UI.
Dalam kasus Ammar Zoni, publik lebih banyak menghakimi daripada memahami akar masalahnya. Padahal, sebagian pelaku sebenarnya adalah korban dari kecanduan dan tekanan psikologis.
Kurangnya Pendidikan Anti-Narkoba di Industri Hiburan
Berbeda dengan sektor pendidikan atau pemerintahan, dunia hiburan tidak memiliki sistem edukasi atau pengawasan internal terkait narkoba.
Padahal, menurut BNN, lebih dari 70% artis muda tidak mengetahui jenis narkoba baru yang beredar di industri mereka sendiri.
Organisasi seperti Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) dan Ikatan Artis Musik Indonesia (AMI) dinilai perlu mengambil langkah nyata seperti pelatihan kesehatan mental, program literasi narkoba, dan konseling periodik untuk pekerja seni.
Harapan: Dari Hukuman ke Rehabilitasi yang Manusiawi
Kasus-kasus seperti Ammar Zoni seharusnya menjadi titik balik untuk memperbaiki sistem, bukan sekadar ajang menghukum.
Pendekatan yang menekankan rehabilitasi berkelanjutan dan dukungan psikologis terbukti lebih efektif menurunkan angka residivisme pengguna narkoba.
“Jika artis bisa pulih dengan benar, mereka justru bisa jadi duta anti-narkoba yang inspiratif,” kata Kepala BNN Komjen Petrus Golose dalam konferensi Hari Anti Narkoba 2025.
Kasus Ammar Zoni bukan hanya cerita individu, tapi refleksi dari masalah struktural di dunia hiburan: tekanan, akses mudah, dan minimnya pendampingan.
Solusinya bukan sekadar memenjarakan, tapi membangun ekosistem industri hiburan yang lebih peduli pada kesehatan mental, spiritual, dan sosial.
Jika tidak, sorotan lampu hanya akan terus menyinari kisah lama yang berulang.