BOGORINSIDER.com – Isu pencampuran etanol ke dalam bahan bakar minyak (BBM) Pertamina menuai banyak pertanyaan, terutama dari pemilik kendaraan.
Pertanyaan yang paling sering muncul: “Apakah bensin bercampur etanol aman untuk mesin motor atau mobil saya?”
Polemik ini semakin ramai setelah diketahui bahwa base fuel Pertamina mengandung etanol sebesar 3,5%. Angka ini memang relatif kecil, tapi cukup menimbulkan pro-kontra. Ada yang menilai aman bahkan lebih ramah lingkungan, namun ada pula yang khawatir justru merusak mesin. Mari kita bedah satu per satu.
Apa Itu Etanol dalam BBM?
Etanol (C₂H₅OH) adalah senyawa alkohol yang bisa diproduksi dari bahan nabati seperti tebu, singkong, atau jagung. Dalam industri energi, etanol dipakai sebagai bahan bakar tambahan karena bisa meningkatkan angka oktan (RON) bensin.
Semakin tinggi angka oktan, semakin baik proses pembakaran di ruang mesin. Inilah alasan kenapa etanol banyak digunakan di berbagai negara sebagai campuran bensin, dikenal dengan label E10 (10% etanol), E20 (20% etanol), hingga E85 (85% etanol).
Baca Juga: Pertamina & Etanol 3,5%: Ancaman Mesin atau Solusi Energi?
Dampak Etanol ke Mesin Kendaraan
Secara teori, pencampuran etanol punya dua sisi: keuntungan dan risiko.
Keuntungan:
- Proses pembakaran lebih sempurna → emisi berkurang.
- Mesin lebih responsif karena angka oktan lebih tinggi.
- Ramah lingkungan, karena berbasis biofuel.
Risiko:
- Etanol bersifat higroskopis, mudah menyerap air → bisa memicu karat di tangki dan pipa bahan bakar.
- Bisa mengurangi daya pelumas bensin, sehingga komponen logam lebih cepat aus jika tidak ada aditif pelindung.
- Potensi merusak komponen berbahan karet atau plastik pada sistem bahan bakar kendaraan lama.
Motor dan Mobil: Apa Bedanya?
- Motor bebek & skutik lawas: relatif lebih rentan karena material selang bahan bakar atau karburator sering berbahan karet biasa.
- Motor & mobil injeksi modern: lebih tahan terhadap campuran etanol, terutama jika kadarnya rendah (≤10%).
- Mobil dengan teknologi Flex Fuel: khusus didesain untuk bisa menggunakan campuran tinggi etanol hingga E85.
Di Indonesia, mayoritas kendaraan masih standar, bukan Flex Fuel. Karena itu, meski etanol 3,5% dianggap aman, konsumen tetap khawatir.
Pendapat Pakar
Menurut pengamat otomotif yang dikutip Bloomberg Technoz, menambahkan etanol memang cara “murah” untuk menaikkan oktan. Tapi, jika tanpa standar teknis yang jelas, risikonya bisa ke daya tahan mesin.