BOGORINSIDER.com – Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan siswa akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) membuat geger masyarakat. Peristiwa ini bukan hanya soal kesehatan anak-anak sekolah, tetapi juga menyangkut kredibilitas program nasional yang digadang sebagai salah satu kebijakan unggulan pemerintah.
Di tengah harapan agar MBG mampu meningkatkan gizi anak bangsa, justru muncul tragedi yang menimbulkan trauma bagi banyak keluarga. Mari kita telusuri bagaimana kronologi kasus ini terjadi, dari awal penyajian makanan hingga penanganan darurat di lapangan.
Kejadian ini pertama kali dilaporkan di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Pada pagi hari, siswa menerima jatah makanan dari program MBG yang terdiri dari nasi, lauk ayam, sayur, dan minuman kemasan.
Tak lama setelah menyantap makanan, beberapa siswa mulai merasakan mual, pusing, hingga muntah. Guru yang berada di lokasi langsung curiga adanya indikasi keracunan.
Namun, situasi cepat memburuk ketika gejala serupa dialami oleh puluhan siswa lain secara bersamaan.
Baca Juga: Makna Salam Prabowo di PBB, Simbol Politik yang Disorot Dunia
Data dari Dinas Kesehatan Bandung Barat mencatat, dalam hitungan jam jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan melonjak hingga ratusan orang. Banyak dari mereka mengalami muntah-muntah, diare, dan lemas.
Pihak sekolah panik dan segera menghubungi Puskesmas terdekat. Sebagian siswa langsung dibawa ke rumah sakit daerah karena kondisinya cukup parah. Ambulans dan tenaga medis pun dikerahkan untuk menangani korban.
Dalam situasi darurat, pihak sekolah bekerja sama dengan BPBD, dinas kesehatan, dan aparat setempat untuk evakuasi siswa. Orang tua berbondong-bondong datang setelah mendengar kabar bahwa anak mereka keracunan.
“Anak saya tiba-tiba muntah dan pucat. Saya sangat kaget ketika mendapat telepon dari guru,” ujar salah satu wali murid yang diwawancarai media lokal.
Rumah sakit di sekitar Bandung Barat sempat kewalahan menerima banyak pasien sekaligus. Namun, sebagian besar siswa berangsur pulih setelah mendapat perawatan.
Meski investigasi masih berlangsung, dugaan awal mengarah pada kelalaian dalam proses pengolahan atau distribusi makanan. Beberapa pihak menduga makanan disimpan terlalu lama sehingga terkontaminasi bakteri.
Pihak kepolisian bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengambil sampel makanan untuk diuji laboratorium. Hasil uji ini nantinya akan menentukan faktor penyebab keracunan yang sebenarnya.
Baca Juga: Reaksi Dunia Internasional atas Pidato Prabowo di PBB