BOGORINSIDER.com – Kekosongan BBM di SPBU Shell bukan hanya urusan pengendara yang sulit mencari bensin.
Fenomena ini membawa dampak lebih luas pada roda perekonomian, mulai dari transportasi, logistik, hingga iklim investasi. Pertanyaannya: seberapa besar pengaruh SPBU Shell kosong terhadap ekonomi makro Indonesia?
Transportasi adalah urat nadi ekonomi. Saat sebagian konsumen beralih dari Shell ke SPBU lain, dampaknya langsung terasa:
- Transportasi Online
Driver ojek online yang terbiasa mengisi di Shell harus menghabiskan lebih banyak waktu mencari SPBU Pertamina atau BP. Waktu tempuh bertambah, biaya operasional meningkat. - Logistik Perkotaan
Kendaraan distribusi barang di kota-kota besar juga terdampak. Keterlambatan pengiriman akibat antrian panjang di SPBU menjadi masalah tersendiri.
Dampak ke UMKM
Banyak UMKM yang bergerak di bidang transportasi kecil seperti jasa antar barang, katering, dan ojek lokal mengandalkan BBM non-subsidi.
Kekosongan Shell membuat mereka harus menyesuaikan biaya operasional, yang pada akhirnya berpengaruh ke harga jual produk/jasa.
“Biasanya saya isi Shell Super, sekarang pindah ke Pertamax. Biaya operasional naik, tapi saya tidak bisa langsung naikin harga ke pelanggan,” kata Dian, pelaku usaha katering di Bekasi.
Baca Juga: SPBU Shell Kosong di Jabodetabek, Ini Faktanya
Inflasi & Biaya Hidup
Krisis energi, sekecil apa pun skalanya, bisa memicu inflasi mikro.
- Biaya transportasi naik → harga barang ikut terkerek.
- Pelaku usaha kecil menahan kenaikan harga, tapi jika berlanjut, konsumen yang akan menanggung.
Meskipun belum sampai level krisis nasional, fenomena SPBU Shell kosong adalah alarm kecil bahwa ketersediaan BBM sangat sensitif terhadap inflasi.
Dampak pada Iklim Investasi
Shell adalah investor asing besar di Indonesia. Fenomena kosongnya SPBU mereka tentu menjadi catatan bagi investor lain.
- Kepercayaan Investor
Jika regulasi impor dan distribusi dianggap tidak kondusif, investor bisa menahan ekspansi. - Kompetisi Energi
Pertamina menjadi dominan, sementara pemain swasta seperti Shell, BP, atau Vivo kesulitan berkembang.
Seorang analis energi menyebut:
“Kalau SPBU swasta sering kosong, investor akan melihat Indonesia tidak ramah bagi kompetisi. Padahal kita butuh investasi asing untuk memperkuat sektor energi.”