BOGORINSIDER.com --Apakah benar politik bisa menjadi warisan keluarga? Pertanyaan ini mencuat setiap kali nama keluarga besar Megawati Sukarnoputri disebut. Dari masa ke masa, pengaruh keluarga ini di panggung politik nasional seolah tak pernah surut.
Megawati, putri Bung Karno, sudah lama menjadi simbol penting dalam politik Indonesia.
Setelah menjabat sebagai Presiden ke-5, kini pengaruhnya tetap kuat melalui PDI Perjuangan, partai besar yang terus mendominasi. Tapi cerita ini tidak berhenti pada Megawati semata.
Baca Juga: Tangis Warga Bali-NTT: Rumah Hanyut, Hidup di Tenda
Anak perempuannya, Puan Maharani, menorehkan jejak yang tak kalah gemilang. Kini ia memimpin DPR RI, sebuah jabatan strategis yang menjadikannya salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh di negeri ini.
Dari berbagai forum nasional hingga internasional, Puan tampil membawa nama besar keluarga sekaligus menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan bisa sejajar di kancah politik.
Namun, ada kisah baru yang mencuri perhatian. Cucu Megawati, Pinkahaprani, kini resmi duduk sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah.
Kehadirannya menandai bahwa tradisi politik keluarga ini terus berlanjut hingga generasi ketiga.
Baca Juga: Prediksi BMKG: Cuaca Ekstrem Berlanjut hingga Februari
Bagi sebagian orang, fenomena ini dianggap sebagai bagian dari politik dinasti.
Tapi bagi yang lain, ini adalah bukti regenerasi kepemimpinan yang alami, di mana pengalaman, pendidikan, dan jaringan keluarga menjadi modal besar untuk terjun ke dunia politik.
Kisah Megawati, Puan, dan Pinkahaprani seolah melukiskan sebuah garis lurus yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan politik Indonesia. Dari Bung Karno ke Megawati, lalu Puan, hingga kini Pinkahaprani, estafet itu terus berlanjut.
Baca Juga: Pemerintah Kerahkan Tim Evakuasi Banjir Bali-NTT
Mungkin benar, politik bukan sekadar panggung perebutan kekuasaan, tetapi juga tentang cerita keluarga, warisan nilai, dan kesinambungan pengaruh. Pertanyaan yang tersisa: sampai sejauh mana keluarga ini akan terus menjadi bagian dari denyut politik Indonesia?