BOGORINSIDER.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa banjir dan longsor yang melanda Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) baru-baru ini bukanlah fenomena sesaat. Curah hujan ekstrem diprediksi masih akan terus terjadi hingga Februari 2026 akibat pengaruh La Nina yang memperkuat intensitas hujan di wilayah Indonesia bagian timur.
Menurut data BMKG, Bali dan NTT mengalami curah hujan di atas 200 mm dalam tiga hari berturut-turut. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata bulanan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan, “Fenomena La Nina menyebabkan udara lebih basah dari biasanya. Akibatnya, hujan deras turun dalam waktu lama dan meningkatkan risiko banjir bandang maupun longsor.”
BMKG memprediksi puncak musim hujan di Bali terjadi pada Desember 2025 hingga Januari 2026, sementara di NTT diperkirakan mencapai puncaknya pada Januari–Februari 2026. Selama periode itu, potensi banjir, longsor, hingga gelombang tinggi di perairan selatan NTT patut diwaspadai.
Wilayah Bali bagian barat, termasuk Jembrana dan Tabanan, serta beberapa kabupaten di NTT seperti Flores Timur, Sumba Barat, dan Kupang disebut masuk kategori rawan bencana hidrometeorologi.
Baca Juga: Pemerintah Kerahkan Tim Evakuasi Banjir Bali-NTT
“Daerah-daerah dengan topografi pegunungan, lereng curam, serta aliran sungai besar harus meningkatkan kewaspadaan karena tanah mudah longsor setelah jenuh air,” tambah Dwikorita.
BMKG meminta masyarakat mengikuti informasi cuaca resmi dan tidak mudah percaya pada kabar tidak valid di media sosial. Warga juga diminta menyiapkan tas darurat berisi dokumen penting, makanan instan, serta obat-obatan.
“Kami mengimbau agar warga di bantaran sungai dan lereng bukit segera mengungsi bila hujan deras berlangsung lebih dari tiga jam,” ujar Deputi BMKG Bidang Meteorologi, Guswanto.
BMKG bekerja sama dengan lembaga internasional seperti Japan Meteorological Agency (JMA) dan NOAA Amerika Serikat untuk memperkuat prediksi iklim. Data satelit digunakan untuk memantau awan hujan dan pola angin di wilayah Indonesia timur.
Selain itu, BMKG juga mengembangkan sistem peringatan dini berbasis aplikasi yang bisa diakses masyarakat melalui ponsel. Fitur ini akan memberikan notifikasi otomatis jika wilayahnya berpotensi mengalami cuaca ekstrem.
Baca Juga: Ekonomi Lokal Bali & NTT Lumpuh Akibat Banjir & Longsor
Peringatan BMKG menjadi sinyal kuat bagi masyarakat Bali dan NTT untuk bersiap menghadapi musim hujan yang lebih panjang. Pemerintah daerah diharapkan segera memperkuat mitigasi, mulai dari pembersihan drainase, pemantauan sungai, hingga penyediaan jalur evakuasi yang aman.