Kalau tidak, bank bisa nyaman dengan dana murah dan enggan memperbaiki efisiensi internal. Ujung-ujungnya, kredit tetap mahal, sementara risiko keuangan makin tinggi.
Apakah bank BUMN akan jadi sekadar “bank bolak-balik” bagi dana pemerintah? Atau justru bisa benar-benar jadi mesin pertumbuhan ekonomi?
Jawabannya akan terlihat dari seberapa berani Purbaya mengawal kebijakan ini agar dana Rp200 triliun benar-benar produktif, bukan hanya numpang lewat.