BOGORINSIDER.com --Baru beberapa hari menjabat, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sudah berkali-kali menjadi headline media.
Bukan karena kebijakan fiskal semata, melainkan karena ucapannya yang sering menuai kontroversi.
Dari pernyataan soal APBN, likuiditas, hingga kebijakan pajak, publik pun terbelah apakah Purbaya memang sering salah bicara, atau justru sengaja menggunakan gaya blak-blakan sebagai strategi komunikasi politik?
Deretan Ucapan Kontroversial
Sejak dilantik menggantikan Sri Mulyani, beberapa pernyataan Purbaya langsung memicu pro kontra.
Baca Juga: Blunder di Medsos, Anak Menkeu Baru Sebut Sri Mulyani Agen CIA di Instagram
-
Soal Revisi APBN 2026.
Purbaya menyebut anggaran yang disusun Sri Mulyani bisa saja direvisi. Pernyataan ini bikin pasar kaget karena menandakan adanya perubahan arah fiskal【web】. -
Dana Rp200 Triliun Dipindahkan ke Bank.
Ia mengumumkan pemindahan dana pemerintah dari BI ke bank komersial. Banyak yang menilai ini kebijakan berisiko, apalagi disampaikan tanpa penjelasan teknis yang detail. -
Pernyataan tentang Inflasi.
Dalam wawancara, Purbaya mengatakan inflasi “tidak masalah” selama pertumbuhan tinggi. Pernyataan ini dianggap menyederhanakan masalah serius yang dirasakan masyarakat.
Klarifikasi dari Purbaya
Menanggapi kritik, Purbaya kemudian memberikan klarifikasi. Menurutnya, semua pernyataannya berbasis pada pemahaman ekonomi dan diskusi dengan Presiden.
“Saya bukan asal bicara. Semua pernyataan saya ada dasarnya. Kalau pun terkesan blak-blakan, itu agar publik tahu arah kebijakan dengan jelas,” kata Purbaya, dikutip dari Antara.
Baca Juga: Tuai Pro dan Kontra Rp 200 Triliun Dipindahkan, Gebrakan Menkeu Baru Purbaya Menkeu Baru
Reaksi publik beragam. Sebagian menilai Purbaya hanya belum terbiasa dengan sorotan intens sebagai Menkeu. Sebelumnya, ia lebih dikenal di lingkaran akademisi dan lembaga keuangan, bukan panggung politik nasional.
Namun, sebagian lain menilai gaya komunikasinya justru berbahaya. Dalam konteks pasar, setiap kata Menkeu bisa menggerakkan rupiah, saham, dan kepercayaan investor.
Pakar komunikasi politik menilai ada dua kemungkinan dari gaya bicara Purbaya: