BOGORINSIDER.com --Siapa sangka, di balik layar penuh sorot kamera, Raffi Ahmad terseret dalam pusaran isu yang tak biasa.
Presenter sekaligus aktor ini disebut-sebut menawari sejumlah posisi mentereng kepada orang-orang terdekatnya. Bukan hanya di dunia hiburan, tapi juga jabatan di dunia politik.
Nama pertama yang muncul adalah Jeje Govinda, adik ipar Raffi sendiri. Sang musisi sempat ditawari posisi komisaris di perusahaan RANS Entertainment.
Baca Juga: Berikut ini Deretan Artis Ikut Turun, 17+8 Tuntutan Rakyat Gema dari Panggung Hiburan
Namun, tawaran itu ditolak. Jeje memilih jalannya sendiri, terjun ke dunia politik sesuai pesan almarhum ayahnya.
Cerita berlanjut ke komedian kondang Sule. Suatu pagi, telepon dari Raffi masuk. Bukan tawaran syuting, melainkan ajakan jadi Wali Kota Bekasi.
“Ngopi dulu kenapa, baru bangun sudah ditawari jadi wali kota,” kelakar Sule, yang tentu saja menolak tawaran itu.
Lebih jauh lagi, nama Irwansyah, sahabat lama Raffi, juga ikut disebut. Jurnalis Hussein Abri mengungkap bahwa Raffi pernah menawarinya posisi calon Wali Kota Tangerang Selatan, berpasangan dengan komika Marshel Widianto. Namun, setelah dipikirkan matang-matang, Irwansyah menolak.
Baca Juga: Rekaman Lama Ahmad Sahroni Sebut Diri “Mafia BBM” Viral Lagi, Dampak Sebut 'Masyarakat Tolol'
Kisah ini memicu perbincangan hangat. Apakah Raffi hanya bercanda dengan tawarannya? Ataukah benar ada niatan serius di balik semua itu? Satu hal yang pasti, popularitas bisa menyeret selebriti ke ranah politik, entah disadari atau tidak.
Nagita Slavina, sang istri, pun ikut tersorot. Di tengah hiruk-pikuk Pilkada 2024, namanya tak bisa dilepaskan dari isu ini. Publik semakin penasaran, seberapa jauh Raffi Ahmad akan melangkah?
Cerita ini menjadi pengingat bahwa di era digital, batas antara hiburan dan politik semakin kabur. Apa yang dimulai dari candaan, bisa bergaung besar menjadi wacana publik.
Baca Juga: Kembali Skandal, Kini Heboh Isu Video Dewasa Ditemukan di Rumah Ahmad Sahroni
Dan di sinilah misterinya: apakah Raffi Ahmad benar-benar “makelar jabatan”, atau sekadar bermain-main dengan kekuatan popularitasnya?