BOGORINSIDER.com --Sebuah momen sederhana bisa menjadi simbol besar. Pada 28 Agustus 2025, ribuan massa berkumpul di depan Gedung DPR RI.
Di tengah riuh teriakan, barikade aparat, dan kepulan gas air mata, seorang perempuan berkerudung warna pinkberdiri tegak.
Namanya Ana, seorang ibu biasa, yang tak menyangka dirinya akan menjadi ikon gerakan sosial di Indonesia.
Keteguhan Seorang Ibu
Ana bukan aktivis kawakan. Ia hadir sebagai bagian dari ribuan warga yang menuntut perubahan.
Baca Juga: Kasus Nenek Samiyem, Warga Diimbau Lebih Waspada terhadap Sumur Terbuka
Saat water cannon menyapu jalanan dan aparat menutup akses, keberaniannya terekam kamera. Potret dirinya mengenakan jilbab pink, berdiri dengan tenang di barisan depan, viral dalam hitungan jam.
Foto itu menyebar luas, membanjiri Twitter (X), Instagram, hingga WhatsApp Group. Netizen menyebutnya sebagai “Brave Pink”—simbol keberanian yang lahir dari kelembutan.
Dari Feminitas ke Keberanian
Pink, selama ini identik dengan kelembutan dan kasih sayang. Namun, sejak momen itu, ia berubah makna menjadi simbol perlawanan damai, penuh kasih, namun tetap tegas.
“Warna pink di sini bukan sekadar estetika. Ia adalah cermin empati dan keberanian sipil,” tulis seorang pengamat sosial.
Baca Juga: Dua Hari Terjebak di Sumur, Nenek Samiyem Bertahan Hidup hingga Diselamatkan
Tak semua orang bisa hadir di jalan. Namun lewat media sosial, ribuan akun mengganti foto profil dengan nuansa pink. Dari pekerja kantoran, mahasiswa, hingga pedagang online mereka ingin berkata: “Kami berdiri bersama.”
Fenomena ini mengingatkan kita pada era simbol-simbol visual gerakan global: dari pita merah untuk AIDS, pita hitam untuk solidaritas bencana, hingga Brave Pink di Indonesia.
Reaksi dan Makna Lebih Dalam
Banyak pihak menilai tren ini sebagai bentuk perlawanan kreatif. Dengan mengganti foto profil, masyarakat menunjukkan dukungan tanpa harus berhadapan langsung dengan aparat.
Media seperti iNews menuliskan bahwa Brave Pink adalah refleksi keberanian sipil yang lahir dari rasa cinta dan ketulusan.