Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari TNI maupun Polri. Situasi ini menambah spekulasi publik. Sebagian pihak menduga insiden terkait dengan rangkaian demonstrasi mahasiswa yang menuntut transparansi kebijakan pendidikan dan biaya kuliah.
Di sisi lain, Komnas HAM dan beberapa organisasi masyarakat sipil mendesak agar investigasi segera dilakukan. “Penggunaan gas air mata di area kampus adalah bentuk pelanggaran serius terhadap hak asasi mahasiswa,” ujar salah satu anggota KontraS saat konferensi pers daring.
Dosen Universitas Padjadjaran, Dr. Endang Supriyadi, menilai insiden ini bisa memperburuk hubungan antara mahasiswa, kampus, dan negara. “Kampus adalah ruang aman bagi kebebasan akademik.
Jika aparat masuk dengan kekerasan, maka kepercayaan publik terhadap negara akan runtuh,” jelasnya.
Baca Juga: Ungkapan Presiden Prabowo 'Demi Allah, Saya Akan Terus Bersama Rakyat'
Pendapat serupa datang dari pakar hukum tata negara, yang menekankan bahwa konstitusi menjamin kebebasan berpendapat dan melindungi warga negara di lingkungan pendidikan.
Peristiwa ini tidak bisa dipandang sekadar insiden lokal. Sejarah mencatat, kampus di Indonesia sering menjadi pusat gerakan mahasiswa, mulai dari reformasi 1998 hingga berbagai aksi solidaritas sosial.
“Serangan ke kampus bukan hanya serangan fisik, tetapi juga simbolik terhadap demokrasi,” tulis seorang peneliti sosial dalam artikel opini di Tempo. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan memicu eskalasi lebih besar.
Beberapa faktor diduga melatarbelakangi insiden ini:
-
Aksi Mahasiswa yang Meluas
Gelombang unjuk rasa mahasiswa dalam beberapa minggu terakhir, khususnya terkait isu pendidikan tinggi, dianggap membuat aparat meningkatkan kewaspadaan. -
Kesalahpahaman atau Provokasi
Tidak tertutup kemungkinan ada provokasi dari pihak tertentu yang memicu tindakan represif aparat. -
Ketiadaan Jalur Dialog
Minimnya ruang komunikasi antara mahasiswa, kampus, dan pemerintah memicu pendekatan keamanan ketimbang pendekatan dialogis.
Kejadian di Bandung ini menjadi peringatan keras bagi dunia pendidikan. Beberapa kampus di Kota Serang bahkan langsung mengambil langkah preventif dengan mengalihkan perkuliahan menjadi daring hingga 4 September 2025, demi menghindari potensi kericuhan.
Langkah ini menunjukkan bahwa dampak insiden Bandung berimbas hingga ke daerah lain. Kekhawatiran akan keamanan mahasiswa membuat kampus harus beradaptasi cepat.
Sejumlah organisasi mahasiswa dari Yogyakarta, Jakarta, hingga Makassar menyatakan solidaritasnya. Mereka mengecam tindakan aparat dan berencana menggelar aksi serentak dengan tema “All Eyes on Bandung” pada pekan depan.