BOGORINSIDER.com - Gelombang panas ekstrem yang melanda Jakarta tak hanya membuat keringat bercucuran, tapi juga kantong menjerit.
Warga mulai mengeluh tagihan listrik yang tiba-tiba melonjak karena penggunaan AC dan kipas angin meningkat drastis.
“Biasanya bayar 700 ribu, sekarang tembus sejuta lebih,” keluh Dewi (34), warga Kalibata, yang mengaku tak sanggup menahan panas meski malam hari.
Fenomena ini menggambarkan bagaimana cuaca panas ekstrem tak hanya berdampak pada tubuh, tapi juga ekonomi rumah tangga.
Data: Kenaikan Konsumsi Listrik di Jabodetabek
Menurut data PLN UID Jakarta Raya, konsumsi listrik harian selama minggu pertama Oktober 2025 naik sekitar 17% dibanding bulan sebelumnya.
Lonjakan terbesar berasal dari sektor rumah tangga dan perkantoran yang memperpanjang waktu penggunaan pendingin ruangan.
“Rata-rata pelanggan rumah tangga menggunakan AC hingga 12 jam per hari,” jelas General Manager PLN UID Jaya, Bima Indra.
“Puncak beban listrik tercatat terjadi pukul 22.00 WIB, saat seluruh warga menyalakan pendingin untuk tidur.”
AC & Kipas Jadi Penyelamat (dan Penyebab Boros)
Kenaikan suhu hingga 38°C di beberapa wilayah Jakarta membuat pendingin ruangan menjadi kebutuhan pokok baru.
Namun, penggunaan yang tidak efisien justru memperparah efek panas itu sendiri.
“AC yang menyala lama menghasilkan emisi panas tambahan di luar ruangan,” ungkap BRIN dalam laporan riset energi termal perkotaan.
“Semakin banyak pendingin digunakan tanpa efisiensi, semakin besar kontribusinya terhadap suhu kota.”
Fenomena ini dikenal sebagai “heat feedback effect” siklus di mana penggunaan AC menurunkan kenyamanan sementara, tapi menaikkan suhu jangka panjang.
Baca Juga: Urban Heat Island, Rahasia di Balik Panas Jakarta
Dampak ke Dompet Warga
Selain beban listrik meningkat, efek panas ekstrem juga dirasakan di sektor ekonomi mikro:
- Warung es dan minuman dingin naik omzet 30–50%
- Biaya listrik usaha laundry dan kafe melonjak hingga 40%
- Penggunaan bahan bakar genset cadangan di kantor-kantor ikut naik
Namun, bagi warga berpenghasilan menengah ke bawah, pilihan makin sempit: “Mau irit, tapi kalau kipas dimatikan, nggak kuat,” kata Ardi (32), pekerja ojek online yang tinggal di rumah kontrakan.
Tips Hemat Listrik di Tengah Panas Ekstrem
Artikel Terkait
Gerak Cepat Pemkab Bogor Dalam Mengantisipasi Cuaca Ekstrem
BPBD DKI Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem 11–13 September
BPBD Siapkan Layanan Darurat Hadapi Cuaca Ekstrem di Jakarta
Antisipasi Warga Jadi Kunci Hadapi Cuaca Ekstrem di Jakarta
Prediksi BMKG: Cuaca Ekstrem Berlanjut hingga Februari