Manila menetapkan zona ventilasi angin untuk menjaga sirkulasi udara.
Jakarta diharapkan mengikuti jejak ini bukan hanya untuk kenyamanan, tapi juga demi kesehatan dan keberlanjutan.
Fenomena panas ekstrem Jakarta bukan hanya akibat posisi matahari atau cuaca global.
Sebagian besar berasal dari pilihan gaya hidup dan tata kota kita sendiri.
Semakin sedikit ruang hijau dan semakin banyak beton, semakin panas pula udara yang kita hirup.
Memulihkan keseimbangan iklim kota bukan tugas satu pihak saja tapi tanggung jawab semua warga Jakarta.
Menanam satu pohon, mengurangi kendaraan pribadi, dan hemat listrik bisa jadi langkah kecil yang membawa dampak besar.
Jakarta boleh panas, tapi masa depannya masih bisa kita sejukkan.
Artikel Terkait
Gerak Cepat Pemkab Bogor Dalam Mengantisipasi Cuaca Ekstrem
BPBD DKI Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem 11–13 September
BPBD Siapkan Layanan Darurat Hadapi Cuaca Ekstrem di Jakarta
Antisipasi Warga Jadi Kunci Hadapi Cuaca Ekstrem di Jakarta
Prediksi BMKG: Cuaca Ekstrem Berlanjut hingga Februari