Sehingga, penampilan yang dianggap glamor sering kali memunculkan persepsi kontradiktif. Padahal, wajar saja seorang polwan ingin tampil modis di luar jam dinas, sama seperti masyarakat pada umumnya.
Baca Juga: “Takut Dilupakan” Curhat Jujur Putri Marino tentang Hiatus di Usia 25 Tahun
Poin pentingnya, gaya hidup seseorang sebaiknya tidak diukur hanya dari foto atau penampilan di media sosial. Fokus utama tetaplah pada kinerja, dedikasi, dan kontribusi di bidang tugasnya.
Kisah Kompol Anggraini Putri memberi pelajaran tentang literasi digital. Tidak semua hal yang terlihat di media sosial menggambarkan kenyataan. Label “hedon” bisa saja sekadar persepsi, bukan fakta.
Daripada sekadar memberi cap, lebih bijak bila publik menghargai prestasi dan peran tokoh publik dalam pekerjaannya.
Sorotan gaya hidup hedon Kompol Anggraini Putri mencerminkan bagaimana dunia maya membentuk opini publik. Apa pun yang tampil bisa menimbulkan persepsi, baik positif maupun negatif.
Namun pada akhirnya, dedikasi dan profesionalisme tetap jadi tolok ukur utama seorang aparat negara.
Artikel Terkait
Kisah Ayu Gembirowati, Anak Bungsu Soekarno yang Pilih Mengabdi untuk Veteran Ketimbang Hidup Mewah
Berbeda Keyakinan, Kisah Gading Marten yang Ternyata Dua Ibunya Beragama Islam
Di Balik Rumah Hingga Jual Jersey NBA, Kisah Augie Fantinus Memiliki Lapangan Basket
Dari Perseteruan ke Damai, Pelawak Kiwil dan Mantan Istri Kini Bersatu Demi Anak
Nama Suami Puan Maharani Muncul di Skandal BTS 4G, Diduga Ikut Teseret