Dari Menantu Presiden ke Janda Tajir, Begini Transformasi Halimah Agustina Kamil

BOGORINSIDER.com --Nama Halimah Agustina Kamil dulu begitu harum. Wanita kelahiran New York, 24 Maret 1961 ini sempat menjadi menantu Presiden Soeharto setelah menikah dengan Bambang Trihatmodjo pada 24 Oktober 1981.

Dari pernikahan itu lahir tiga anak Gendis, Panji, dan Aditya. Selama dua dekade, rumah tangga mereka terlihat adem ayem.

Namun semuanya berubah ketika isu kedekatan Bambang dengan penyanyi Mayangsari mencuat. Sejak awal 2000-an, gosip itu makin kuat hingga akhirnya meledak pada 2006.

Baca Juga: Keputusan Mengejutkan, Deretan Selebriti Tanah Air yang Berpindah Agama di Penghujung Hidup

Bahkan, Halimah bersama anak-anaknya sempat mendatangi rumah Mayangsari. Dari sana drama besar tak terhindarkan mulai dari tuduhan hadirnya orang ketiga, hingga konflik terbuka yang jadi sorotan publik.

Perceraian mereka berlangsung alot, penuh tarik-ulur hingga bertahun-tahun. Halimah menolak diceraikan, namun akhirnya Mahkamah Agung mengabulkan permohonan Bambang pada 2010.

Meski pahit, dari perceraian itu Halimah mendapat pembagian harta gono-gini yang nilainya disebut mencapai belasan triliun rupiah. Mulai dari tanah ribuan meter di Jakarta, mobil mewah, saham, hingga aset luar negeri. Publik pun menjulukinya sebagai salah satu “janda terkaya” di Indonesia.

Baca Juga: 3 Artis Ini Tetap Bersinar Meski Masa Lalu Kelam, Nomor 3 Sering Jadi Sorotan

Kini, di usia 63 tahun, Halimah menjalani kehidupan yang jauh lebih tenang. Ia jarang tampil di media, lebih banyak bersama anak dan cucu. Meski rambutnya telah memutih, pesona kecantikannya tetap terpancar.

Netizen kerap memuji saat potret Halimah beredar anggun dalam balutan kebaya, dengan sorot mata yang tetap berkarisma.

Bahkan belakangan, Halimah dan Mayangsari disebut sudah bisa duduk bersama dalam acara keluarga Cendana.

Baca Juga: Dari Ratu Sinetron 90-an, Nasib Jihan Fahira Semakin Awet Muda

Meski publik masih membicarakan masa lalu mereka, Halimah terlihat bijak dan memilih fokus pada kebahagiaan keluarganya.

Perjalanan hidupnya adalah drama nyata: dari istri bangsawan politik, korban perceraian penuh konflik, hingga kini menjadi simbol keteguhan hati dan elegansi seorang perempuan.