Tangis Warga Bali-NTT: Rumah Hanyut, Hidup di Tenda

photo author
- Sabtu, 13 September 2025 | 15:47 WIB
Fenomena Longsor NTT (Foto/ Dok. Polres Ende)
Fenomena Longsor NTT (Foto/ Dok. Polres Ende)

BOGORINSIDER.com – Di balik angka korban dan laporan resmi, banjir dan longsor yang melanda Bali serta Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggalkan kisah haru bagi ribuan warga. Banyak yang kehilangan rumah, harta benda, bahkan anggota keluarga. Di sisi lain, para relawan menjadi garda terdepan, menembus hujan dan lumpur demi menyalurkan bantuan ke titik-titik pengungsian.

Made (45), warga Jembrana, Bali, hanya bisa pasrah melihat rumahnya rata dengan tanah setelah diterjang arus deras. “Semua habis, dari perabot, dokumen, sampai ternak. Kami hanya selamat dengan pakaian di badan,” ujarnya sambil menahan tangis.

Di Flores Timur, NTT, Maria (32) kehilangan suaminya yang terseret banjir ketika berusaha menyelamatkan motor mereka. “Saya masih tidak percaya. Anak-anak terus menanyakan ayah mereka,” katanya lirih.

Ribuan warga kini bertahan di tenda darurat. Anak-anak tidur beralaskan tikar, sementara orang tua berusaha mencari makanan tambahan. Meski bantuan mulai berdatangan, fasilitas masih terbatas.

“Air bersih sulit, dan kami harus antre lama untuk mandi atau mencuci. Tapi setidaknya kami masih hidup,” kata Yosef (50), pengungsi di Kupang.

Baca Juga: Prediksi BMKG: Cuaca Ekstrem Berlanjut hingga Februari

Di tengah kondisi sulit, relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI), organisasi kepemudaan, hingga komunitas mahasiswa, turun tangan membantu. Mereka harus berjalan kaki berjam-jam melewati jalan berlumpur demi menyalurkan makanan dan obat-obatan.

“Kami bawa beras dan selimut dengan dipikul. Mobil tidak bisa lewat karena jalan terputus,” kata Riko, relawan PMI di Flores Timur.

Seorang mahasiswa dari Denpasar yang ikut jadi relawan mengaku tergerak karena melihat penderitaan warga. “Kami ingin menunjukkan bahwa mereka tidak sendiri. Walau kecil, bantuan ini semoga meringankan,” ujarnya.

Selain kehilangan materi, banyak anak mengalami trauma. Seorang psikolog dari Universitas Udayana, Bali, menyebutkan anak-anak sering terbangun tengah malam karena mimpi buruk. “Mereka takut hujan deras akan membawa banjir lagi,” katanya.

Program pendampingan psikososial mulai digelar oleh relawan dan tenaga kesehatan. Kegiatan menggambar dan bermain dilakukan untuk membantu anak-anak mengalihkan rasa takut.

Bencana ini juga memunculkan solidaritas luas. Donasi mengalir dari masyarakat di berbagai daerah. Komunitas seni di Bali bahkan menggelar konser amal untuk menggalang dana.

Baca Juga: Pemerintah Kerahkan Tim Evakuasi Banjir Bali-NTT

“Kalau tidak saling bantu, kami tidak bisa bangkit. Ini bukan hanya musibah warga Bali atau NTT, tapi duka kita bersama,” kata seorang donatur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X