Di sepanjang perjalanan Pacet–Batu, potongan tubuh korban ditemukan berserakan di semak-semak, aliran sungai kecil, hingga jalan setapak. CNN Indonesia melaporkan temuan awal mencapai 76 potongan tubuh, sementara hasil penyisiran lanjutan menemukan hingga 310 potongan tubuh.
“Pemilihan lokasi pembuangan ini diduga karena pelaku menganggap kawasan Pacet sepi dan sulit dijangkau. Namun pada kenyataannya, potongan tubuh justru mudah ditemukan warga,” jelas Kapolres Mojokerto.
Pada Minggu sore (7/9/2025), seorang warga Pacet bernama Arif (42) menemukan bungkusan plastik hitam mencurigakan. Ia kaget ketika melihat isinya berupa potongan tubuh manusia.
“Saya kira sampah biasa. Begitu saya buka, ternyata tangan manusia. Saya langsung lari melapor ke polisi,” ungkapnya dengan nada gemetar.
Baca Juga: Haornas ke-42 Diselenggarakan di Tengah Kosongnya Kursi Menpora
Laporan ini membuat Polsek Pacet bersama tim Inafis segera melakukan penyisiran besar-besaran. Sejak saat itu, kawasan Pacet mendadak ramai oleh aparat, media, dan warga.
Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi akhirnya menangkap Alvi Maulana pada Senin (8/9/2025) di kosnya di Surabaya. Saat penggeledahan, ditemukan pisau, kantong plastik, serta sisa potongan tubuh yang belum dibuang.
“Pelaku sudah mengakui perbuatannya. Ia mengaku marah karena sering bertengkar dengan korban. Pertengkaran terakhir memicu tindakan sadis ini,” kata penyidik.
Psikolog menjelaskan bahwa kasus ini erat kaitannya dengan hubungan toksik.
“Ketika relasi dipenuhi kontrol, manipulasi, dan kekerasan verbal, maka potensi ledakan emosi besar sekali. Ditambah faktor ekonomi, kasus ini akhirnya berujung pada tragedi,” jelas seorang psikolog klinis kepada Detik.
Kriminolog juga menilai latar belakang pelaku sebagai tukang jagal memberi “bekal” keterampilan teknis yang membuat aksi mutilasi lebih ekstrem dibanding kasus-kasus serupa.
Kasus mutilasi Mojokerto memicu trauma sosial yang besar. Banyak orang tua kini lebih ketat mengawasi anak-anak mereka, sementara masyarakat luas menyoroti isu kesehatan mental, hubungan beracun, hingga pola kekerasan domestik.
“Kasus ini adalah wake-up call. Kita harus lebih peduli terhadap dinamika hubungan yang tidak sehat, karena nyatanya bisa berujung pada tragedi sadis,” ungkap ahli sosiologi Universitas Airlangga.
Artikel Terkait
Purbaya Yudhi Sadewa Resmi Jadi Menteri Keuangan
Purbaya Yudhi Sadewa Dibekali Pengalaman Panjang Sebelum Jadi Menteri Keuangan
Prabowo Subianto Reshuffle Kabinet, Sri Mulyani Digantikan
Prabowo Subianto Rombak 5 Menteri, Kabinet Merah Putih Berubah
Dito Ariotedjo Belum Pasti Hadir di Haornas ke-42 Usai Lengser dari Menpora