Dedi Mulyadi viral disebut apa-apa serba artis konten Gubernur Jawa Barat

photo author
- Rabu, 30 April 2025 | 12:58 WIB
Dedi mulyadi disebut artis konten Gubernur Jawa Barat
Dedi mulyadi disebut artis konten Gubernur Jawa Barat

BOGORINSIDER.com --Sejak resmi menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat pada 20 Februari 2025, Dedi Mulyadi menunjukkan konsistensinya dalam memanfaatkan berbagai platform media sosial sebagai sarana untuk menyampaikan aktivitas dan kinerjanya kepada publik.

Keaktifan Dedi Mulyadid ini terlihat dari frekuensi unggahan yang tinggi serta jumlah pengikut yang terus bertambah.

Di akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, Dedi telah mengumpulkan sebanyak 3 juta pengikut dengan lebih dari 6.600 unggahan yang menampilkan berbagai kegiatan kepemimpinannya.

Sementara itu, kanal YouTube miliknya, @kangdedimulyadichannel, mencatat 7 juta pelanggan dan sekitar 4.000 video yang telah diunggah, menjadikannya salah satu kepala daerah dengan kehadiran digital paling menonjol di Indonesia.

Baca Juga: Profil Aura Cinta yang viral di media sosial terkait kritikannya ke Gubernur Jawa Barat

Dengan pendekatan ini, Dedi Mulyadi tidak hanya memperluas jangkauan komunikasinya kepada masyarakat, tetapi juga memanfaatkan media sosial sebagai alat transparansi dan akuntabilitas publik.

Melalui kedua platform sosial media itu, Dedi kerap menampilkan momen marah, haru, hingga jenaka ketika blusukan ke sejumlah tempat untuk mengatasi permasalahan yang ada di Jawa Barat.

Imbas keaktifan Dedi di media sosial, sentilan 'gubernur konten' pun muncul. Salah satunya dilontarkan Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas'ud kala rapat dengan Komisi II di Kompleks Parlemen, Jakarta, (29/4) kemarin.

Dedi tak masalah dengan sentilan 'gubernur konten' itu. Ia justru memamerkan anggaran iklan Pemprov Jabar menurun setelah dirinya aktif di media sosial.

"Alhamdulillah dari konten yang saya miliki itu bisa menurunkan belanja rutin iklan. Biasanya iklan di Pemprov Jabar kerja sama medianya Rp50 miliar. Sekarang cukup Rp3 miliar tapi viral terus," kata Dedi.

Pakar komunikasi politik Universitas Brawijaya Verdy Firmantoro menilai Dedi menggunakan komunikasi politik personalistik dengan aktif di media sosial untuk memimpin Jawa Barat.

"Pendekatan itu dilakukan dengan menyapa publik secara langsung melalui beragam kanal media, tidak hanya untuk menyampaikan informasi, tetapi juga untuk membangun narasi sebagai pemimpin yang merakyat, responsif, dan empatik," kata Verdy kepada CNNIndonesia.com, Rabu (30/4).

Baca Juga: Pujian Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk Aura Cinta dibalik viralnya dihujat netizen

Ia menegaskan pendekatan yang dilakukan Dedi bukanlah sesuatu yang baru melainkan kerap dilakukan oleh banyak tokoh. Salah satunya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

Kala menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur Jakarta, Jokowi kerap blusukan ke berbagai tempat. Salah satu yang paling menonjol adalah blusukan hingga ke gorong-gorong Jakarta.

"Secara teknis bukan sepenuhnya baru. Pendekatan serupa sudah diadopsi mantan Presiden Jokowi dan juga banyak dipraktikkan oleh pemimpin populis di negara demokrasi," tutur dia.

Verdy menilai Dedi berhasil menyesuaikan pola komunikasi dengan segmentasi masyarakat Jawa Barat melalui aktif di konten media sosial.

Terlebih, kata dia, warga Jawa Barat yang memiliki basis generasi muda dan aktif secara digital sehingga memiliki sumber daya yang memadai untuk mengakses konten digita Dedi.

"Ini penting, karena keberhasilan komunikasi politik bergantung pada relevansi saluran dan pesan dengan karakter publiknya. Langkah Dedi bisa dinilai sebagai adaptasi strategis yang kontekstual," jelas dia.

Verdy mengakui gaya komunikasi politik yang dilakukan Dedi tak jauh berbeda dengan Jokowi. Hanya saja, kata dia, kini Dedi lebih aktif memperkuat citra di media digital.

"Memang ada kemiripan gaya-terutama dalam cara membentuk narasi kesederhanaan dan keterlibatan langsung dengan mantan Presiden Jokowi. Namun Dedi lebih kuat di media digital berbasis narasi personal yang lebih interaktif," tutur dia.

Baca Juga: Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tanggapi perdebatan dengan Aura Cinta soal larangan acara perpisahan sekolah

Verdy menjelaskan gaya kepemimpinan yang dilakukan Dedi dapat meningkatkan elektabilitas lantaran menunjukkan pola komunikasi yang terasa nyata dan empatik.

Meski begitu, ia menilai pendekatan komunikasi yang dilakukan Dedi itu berpotensi berdampak buruk dengan terjebak dalam simbolisme kepemimpinan.

"Jika terlalu berlebihan, bisa terjebak dalam komunikasi politik yang artifisial, di mana persepsi menjadi lebih penting dari pencapaian kebijakan," tutur dia.

"Selain itu, pendekatan seperti ini membuat ekspektasi atau harapan publik semakin tinggi, sehingga jika ada kesalahan atau penurunan performa kinerja bisa saja resistensi dan kritik publik akan lebih besar," sambungnya.

Senada, Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro berpendapat pendekatan komunikasi yang dilakukan Dedi juga tak jauh berbeda dengan yang pernah dilakukan Jokowi.

Namun, ia mengkritik apabila pendekatan komunikasi yang dilakukan Dedi mengecilkan peran awak media dan menjadi pola komunikasi yang monolog.

"Saya mengkritik kalau misalkan memang ada arahan lebih sifatnya satu arah ketika itu dilakukan oleh Kang Dedi karena kalau mencontoh Pak Jokowi saya tahu beliau justru intens melibatkan media," kata Agung kepada CNNIndonesia.com, Selasa (29/4) malam.

"Sehingga kalau memang seperti itu berarti perbedaan mendasarnya Kang Dedi monolog, Pak Jokowi justru dialog ya jadi kalau beliau meniru iya tapi enggak seutuhnya jadi masing-masing punya gaya dan ceritanya sendiri punya sisi plus, punya sisi minus," sambungnya.

Di sisi lain, Agung menegaskan dalam perspektif politik sebuah upaya menampilkan diri secara paksa akan berdampak buruk pada tokoh yang ingin menonjolkan citra.

Oleh karena itu, ia berharap Dedi lebih cermat dalam mengunggah konten-kontennya ke depan. Terlebih, ia menyinggung substansi harus dikedepankan dalam memimpin.

"Ada sisi negatif ketika memang publisitasnya terlalu berlebih ataupun ada kesan dipaksakan sehingga ini perlu disikapi dengan cermat, dengan bijak agar konten-konten yang dibuat itu memang tetap mengedepankan unsur-unsur substansi pengelolaan pemerintah secara profesional, akuntabel, dan otentik tentunya kemudian secara personal," tutur dia.

Tak hanya itu, Agung menilai Dedi secara langsung atau tidak langsung juga terus berupaya mendongkrak elektabilitasnya dengan aktif di media sosial.

Terlebih, kata dia, upaya itu dilakukan secara konsisten yang berpotensi menimbulkan ragam persepsi dari masyarakat terhadap kepemimpinannya.

"Ya sedikit banyak tanpa disadari popularitas itu kan dampak ketika memang dia dilakukan secara konsisten dan organik, maka dengan sendirinya akan berbuah insentif-insentif elektoral apakah itu bentuknya elektabilitas, apakah itu bentuknya kepuasan publik," tutur dia.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X