BOGORINSIDER.com -- Korea Utara berhasil melakukan uji statis mesin bahan bakar padat baru untuk rudal balistik menengah berjangkauan (IRBM), seperti yang dilaporkan oleh media resmi Korean Central News Agency (KCNA).
Uji coba tersebut dilakukan pada 11 dan 14 November 2023, menandai perkembangan penting dalam kemampuan strategis Korea Utara.
"Pengujian tersebut memberikan jaminan pasti untuk mempercepat pengembangan sistem IRBM tipe baru secara dapat diandalkan," demikian disampaikan oleh KCNA, dikutip dari Al Jazeera pada 21 November 2023.
Baca Juga: Ngeri, Rusia Luncurkan Rudal Balistik Antar Benua yang Dibawa Pesawat Glider, Begini Penampakannya
Harapannya, akan memberikan dorongan yang dapat diandalkan untuk pengembangan sistem IRBM baru.
Rudal bahan bakar padat, yang dikenal karena kemudahan operasional dan keamanannya, menimbulkan tantangan lebih besar untuk pendeteksian dibandingkan senjata bahan bakar cair, kata analis militer.
Meskipun sanksi PBB melarang uji coba rudal balistik, Korea Utara, di bawah pimpinan Kim Jong Un, terus melakukan serangkaian uji coba senjata, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) bahan bakar padat perdana dan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) tipe baru.
Baca Juga: 6 Inspirasi Desain Dapur Minimalis Mengusung Konsep Khas Korea, Pilihan Favorit Para Milenial!
Biro Rudal Umum Korea Utara menekankan pentingnya uji coba terbaru ini dalam memperkuat kemampuan strategis ofensif militer menghadapi lingkungan keamanan yang serius dan tidak stabil dan kolusi yang diduga dilakukan oleh pihak lawan.
Bersamaan dengan perkembangan ini, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Menteri Sumber Daya Alam Alexander Kozlov mengadakan pembicaraan dengan perwakilan pemerintah Korea Utara di Pyongyang.
Pertemuan tersebut mencakup sejumlah topik mulai dari perdagangan hingga ekonomi, ilmu pengetahuan, dan teknologi
Baca Juga: Ide Desain Pantry Dapur Minimalis, Bikin Suasana Memasak jadi Nyaman dan Tertata Rapih
Peningkatan kerjasama militer antara Korea Utara dan Rusia menimbulkan kekhawatiran, dengan negara-negara anggota PBB menyampaikan keprihatinan atas kemungkinan bantuan dari Rusia dan China dalam memperluas kemampuan militer Korea Utara yang melanggar sanksi.
Amerika Serikat menduga bahwa Korea Utara mengirim senjata ke Rusia untuk digunakan di Ukraina, sementara Moskow memberikan dukungan militer teknis.