Tanda-Tanda Kamu Kena Dampak Toxic Positivity
- Merasa harus selalu bahagia di depan orang lain
- Merasa bersalah saat sedih atau marah
- Susah cerita karena takut dianggap “drama”
- Lebih sering mengeluh soal fisik (sakit kepala, perut mual) tanpa tahu penyebabnya
- Menyimpan semua emosi dalam diam, lalu merasa capek tanpa sebab
- Kalau kamu merasakan hal-hal di atas, bisa jadi tubuhmu sedang “ngambek” karena perasaanmu diabaikan.
Cara Menghindari Efek Fisik dari Toxic Positivity
- Akui perasaanmu, sekecil apa pun itu.
- Merasa kecewa atau sedih itu manusiawi. Kamu nggak harus kuat setiap saat.
- Tulis jurnal emosi.
- Luapkan semua unek-unek lewat tulisan. Ini membantumu jujur terhadap diri sendiri.
- Punya ruang aman untuk cerita.
- Cari teman, keluarga, atau komunitas yang bisa menerima cerita tanpa menghakimi.
- Jangan buru-buru menyemangati orang.
Kadang, yang dibutuhkan seseorang bukan solusi, tapi ruang untuk merasa.
Berani berkata "Aku nggak baik-baik saja".
Ini bukan kelemahan. Justru ini langkah awal menuju penyembuhan.
Penutup: Positif Itu Baik, Tapi Jangan Dipaksakan
Menjadi positif itu bukan masalah. Tapi saat kita memaksa diri (atau orang lain) untuk terlihat bahagia terus, kita justru menutup ruang untuk penyembuhan yang sesungguhnya. Perasaan sedih, marah, kecewa, atau takut adalah bagian dari proses bukan musuh yang harus disingkirkan.
Jadi, kalau perutmu terasa nggak enak tanpa sebab yang jelas, mungkin itu sinyal tubuhmu untuk berhenti sejenak dan jujur: “Apa yang sebenarnya sedang aku rasakan?”