BOGORINSIDER.com - Banyak sekolah atau kampus masih ragu bikin perpustakaan digital karena takut butuh biaya selangit. Padahal, dengan strategi yang tepat, koleksi digital bisa hadir dengan biaya yang jauh lebih ramah anggaran. Selain efisien, akses pengetahuan pun makin mudah untuk semua pelajar, mahasiswa, dan pengajar.
Yuk, intip bagaimana caranya membangun perpustakaan digital tanpa bikin dompet bolong!
1. Pakai Layanan Cloud
Kunci utama menghemat biaya adalah beralih ke penyimpanan berbasis cloud. Semua materi belajar dan koleksi buku bisa diunggah ke server virtual, tanpa butuh rak fisik atau ruangan besar.
Pengguna pun bisa membaca buku kapan saja dan di mana saja, asalkan punya koneksi internet. Ruang penyimpanan cloud juga minim biaya perawatan, jadi pengeluaran sekolah bisa dialihkan ke kebutuhan lain.
2. Manfaatkan Sistem Otomasi
Perpustakaan digital bisa berjalan lebih simpel berkat sistem pencarian otomatis. Pelajar bisa menemukan buku atau referensi hanya dengan beberapa klik.
Sistem otomatis ini juga membantu sekolah mengurangi kebutuhan tenaga pustakawan dalam jumlah besar. Selain hemat gaji, operasional pun jadi lebih ringkas dan praktis.
Baca Juga: Pecinta Buku Perlu Tahu, Ini 8 Desain Kreatif Perpustakaan Mini di Rumah yang Aesthetic dan Keren
3. Tak Perlu Bangun Ruangan Baru
Perpustakaan fisik butuh biaya besar untuk membangun gedung, membeli rak, atau menambah fasilitas. Sementara perpustakaan digital bebas dari semua itu.
Semua koleksi disimpan online, sehingga tidak butuh ruang sewa atau biaya renovasi. Anggaran pun bisa dialihkan untuk beli lisensi buku elektronik, memperluas koleksi, atau meningkatkan kapasitas server.
Maksimalkan Anggaran, Tingkatkan Mutu
4. Minim Biaya Perawatan
Buku cetak rentan rusak atau hilang, tapi koleksi digital aman disimpan dalam bentuk file. Selain tidak gampang rusak, biaya perawatan pun lebih hemat karena sebagian besar server atau software dikelola oleh penyedia layanan.
Baca Juga: Cisco Bangun Infrastruktur Digital Aman dan Tangguh untuk Menyongsong Era AI
Hal ini memudahkan pihak sekolah untuk fokus pada pembaruan konten, tanpa pusing merawat koleksi fisik yang cepat usang.