BOGORINSIDER.com - “Ada sembilan belas tahun berlalu sejak terakhir kali bekas lukanya terasa sakit. Semua baik-baik saja.”
Kalimat ini menjadi penutup dalam buku ketujuh Harry Potter, menyiratkan bahwa kisah sang penyihir muda telah selesai dengan bahagia. Tapi bagi para pembaca setia, akhir itu justru menyisakan rasa penasaran. Seperti apa kehidupan Harry dan kawan-kawan setelah meninggalkan Hogwarts?
Pertanyaan itu akhirnya dijawab melalui Harry Potter and the Cursed Child, naskah pertunjukan panggung yang pertama kali tampil di London pada 2016. Meski berbentuk skrip drama, kisah ini diterbitkan dalam bentuk buku dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
Baca Juga: Review Buku The Psychology of Money – Belajar Finansial dari Sisi Psikologis
Potret Harry dan Keluarganya Kini
Cerita dibuka dengan gambaran kehidupan Harry yang telah beranjak dewasa. Ia kini bekerja di Kementerian Sihir sebagai kepala penegakan hukum, hidup bersama Ginny dan ketiga anak mereka: James, Albus, dan Lily.
Hermione, kini menjadi Menteri Sihir, hidup bahagia bersama Ron dan putri mereka, Rose. Sementara Draco Malfoy kembali muncul, kali ini sebagai ayah dari Scorpius.
Fokus cerita berpindah ke generasi berikutnya, yakni Albus Potter dan Scorpius Malfoy, dua anak muda yang bersahabat meski berasal dari keluarga yang pernah berseteru. Dari sinilah babak baru dunia sihir dimulai.
Baca Juga: The Alpha Girls Guide: Panduan Menjadi Perempuan Cerdas dan Mandiri Tanpa Drama
Cerita yang Menghadirkan Banyak Kemungkinan
Alih-alih sekadar meneruskan kisah sebelumnya, naskah ini menghadirkan petualangan baru yang menyentuh isu keluarga, tekanan ekspektasi, hingga hubungan ayah-anak.
Apa jadinya jika Albus tidak masuk Gryffindor, melainkan Slytherin? Bagaimana jika Cedric Diggory masih hidup? Dan, mungkinkah Lord Voldemort memiliki anak? Semua skenario ini dijelajahi melalui perjalanan waktu yang membuka banyak cabang realitas alternatif.
Bentuk Naskah yang Tak Mengurangi Kekuatan Cerita
Berbeda dari buku Harry Potter sebelumnya, The Cursed Child disajikan dalam format skrip teater. Tidak banyak narasi atau deskripsi mendalam, karena fokusnya adalah pada dialog antar tokoh dan arahan panggung singkat.
Baca Juga: 5 Cara Supaya Betah Membaca Buku Tanpa Terbebani
Walau begitu, imajinasi pembaca tetap bisa bekerja maksimal, terlebih jika sebelumnya telah menonton film-film Harry Potter. Format naskah ini justru mempercepat alur dan membuat pembaca langsung tenggelam dalam konflik.
Apakah Buku Ini Wajib Dibaca?
Meskipun bukan sepenuhnya ditulis oleh J.K. Rowling—naskah ini dikerjakan oleh Jack Thorne dan disutradarai oleh John Tiffany—cerita ini tetap dianggap sah sebagai kelanjutan resmi semesta sihir.