horor

Jadi Sejarah, Simak Deretan Kesaksian dari Kecelakaan Tragis di Terowongan Paledang Bogor

Selasa, 26 Juli 2022 | 23:00 WIB
Kesaksian Terowongan Paledang Bogor (Siti Maryam Purwoningrum)

Lalu, katanya, para anak muda itu mengenai tiang 1 atau area Terowongan Paledang itu, dan terjadilah peristiwa kecelakaan tragis tersebut.

Hingga kini, ia mengaku masih setia berada di sekitar area Stasiun Paledang, meskipun sudah tidak banyak aktivitas seperti saat stasiun tersebut masih aktif. ia mengaku kerap dibantu warga sekitar untuk kebutuhan sehari-harinya hingga bantuan dari pihak kepolisian, Yonif 315.

"Iya, harapannya ada kegiatan lagi (aktivitas stasiun seperti dulu), biar ada penghasilanlah. Kalau bapak masih kuat kerja, ya, kerja," ujarnya.

Saat ini, ia mengaku masih beraktivitas di sekitar Stasiun Paledang dari sekitar pukul 07.00 WIB hingga sekitar pukul 17.00 WIB.

"Sekarang 'kan gak ada kereta, jadi sampai pukul 5 sore," imbuhnya.

Selama masih ada aktivitas di stasiun ini, katanya, ia bisa menginap di gardu dekat stasiun. Akunya, jika ada pihak yang menjaga di luar jam tersebut bukanlah tanggung jawab dirinya.

"Gak, bukan tanggung jawab saya kalau ada yang jaga jam segitu," jelasnya.

Ia berharap masih bisa bekerja di sini seperti dahulu. Ia juga berharap agar anak muda zaman sekarang belajar dari kesalahan anak muda pada masa tragedi Terowongan Paledang, dan jangan mengulangi kesalahan semacam itu meskipun dalam bentuk berbeda.


Semwentara, Dwi Anggriyani, adalah sosok yang mengaku bahwa Madji adalah uwaknya.

"Emang uwak saya penjaga pintu kereta Stasiun Bogor," ujarnya.

Lalu, berbeda kesaksian Naufal, pria yang kini tinggal di Depok, ia mengaku sebagai salah satu saksi hidup tragedi Terowongan Paledang.

"Awal mula kejadian tragedi. Karena sudah tidak ada tempat lagi di dalam gerbong kereta. Dan akhirnya naik di atas kereta. Karna kereta terakhir yang menuju ke sukabumi, kalo gak salah. kereta terakhir ke Sukabumi pada waktu itu jam 3 sore," ujarnya.

Ia mengaku melihat sendiri ada yang di depan gerbong atas ada langsung terbentur Terowongan Paledang, dan jatuh ke bawah.

"Karna jarak antara atas gerbong kereta sama terowongan kurang lebih hanya 30 cm. Mungkin Anda bertanya kenapa saya tidak terbentur terowongan? Salah satunya mungkin Allah masih melindungi saya. Amiin," ujarnya.

Kedua, katanya, karena posisi dirinya waktu itu berbaring tengkurap di samping atas gerbong kereta.

Halaman:

Tags

Terkini