BOGORINSIDER.com --Di balik megahnya Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (20/2/2025), 33 gubernur baru resmi dilantik Presiden Prabowo Subianto.
Mereka datang dari berbagai daerah, membawa harapan besar untuk rakyat. Namun, bukan hanya sumpah jabatan yang mencuri perhatian publik, melainkan juga angka yang tertera dalam laporan kekayaan para kepala daerah ini.
Di ujung spektrum, berdiri nama Sherly Tjoanda, Gubernur Maluku Utara. Sosok perempuan yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha sukses itu kini dinobatkan sebagai gubernur terkaya dengan harta mencapai Rp709,76 miliar.
Baca Juga: Nikmati Weekend Anda di 7 Cafe Family Friendly di Bogor dengan View Gunung & Area Bermain
Tanah dan bangunan ratusan miliar, investasi surat berharga, kas melimpah, hingga aset properti membuat kekayaannya hampir menembus Rp1 triliun. Sherly adalah simbol sukses dunia bisnis yang kini terjun ke dunia politik.
Namun di sisi lain, ada Hendrik Lewerissa, Gubernur Maluku. Dengan total harta Rp2,09 miliar, ia justru tercatat sebagai yang paling sederhana.
Bahkan, laporan menunjukkan ia masih menanggung utang hingga Rp900 juta. Kekayaannya tak seberapa jika dibandingkan koleganya, tapi Hendrik tetap memikul tanggung jawab besar memimpin wilayah yang kaya akan sumber daya.
Baca Juga: Nikmati Hangoust Bersama Teman di Cafe Hits di Bogor untuk Anak Muda, View Gunung dan Hiburan Musik
Perbedaan ini memunculkan pertanyaan publik: apakah besarnya kekayaan berbanding lurus dengan kualitas kepemimpinan? Di atas kertas, Sherly Tjoanda bisa dengan mudah membuka jalan investasi, sementara Hendrik mungkin lebih dekat dengan realita masyarakat sederhana.
Fenomena ini menjadi cermin: jabatan gubernur bukan hanya soal angka, melainkan soal kebijakan dan keberpihakan. Rakyat tidak hanya butuh pemimpin yang kaya harta, tapi kaya hati, kaya empati, dan kaya strategi membangun daerah.
Selain dua nama tersebut, ada pula gubernur lain yang hartanya tak kalah mencolok, seperti Andi Sumangerukka dengan Rp623 miliar, Muhidin Rp414 miliar, hingga Rudy Mas’ud Rp183 miliar. Namun, publik tetap menyoroti jurang besar antara “tajir melintir” dan “pas-pasan”.
Baca Juga: Sedang Mencari Tempat Romantis? 7 Cafe Romantis di Bogor dengan View Gunung untuk Dinner Couple
Pada akhirnya, semua gubernur akan dinilai bukan dari isi rekening, melainkan hasil kerja nyata. Apakah mereka mampu membawa perubahan? Atau justru terjebak dalam citra angka-angka? Jawabannya ada di tahun-tahun ke depan.