BOGORINSIDER.com --Siapa yang tak kenal Grup Bakrie? Nama besar yang dulu jadi simbol kejayaan konglomerasi Indonesia.
Di tahun 2007–2009, saat harga batubara melesat tajam, perusahaan-perusahaan Bakrie ikut melambung.
Saham-saham mereka jadi primadona di bursa, bahkan membawa Aburizal Bakrie masuk daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Kala itu, sosok yang akrab disapa Ical bukan hanya pebisnis, tapi juga tokoh penting di pemerintahan.
Baca Juga: Dari Kos Sederhana, Sosok Misterius yang Hadiahi Nunung Rumah Mewah Hadiah
Ia sempat menjabat Menko Perekonomian, lalu Menko Kesra, membuat sentimen positif saham Grup Bakrie semakin kuat.
Namun roda bisnis berputar. Masalah demi masalah datang silih berganti. Dari krisis global, skandal lumpur Lapindo yang masih membayangi, hingga beban utang.
Satu per satu perusahaan Bakrie mulai meredup. Kini, banyak sahamnya stagnan di harga Rp50 per lembar, level terendah di Bursa Efek Indonesia.
Perjalanan Grup Bakrie ibarat drama panjang. PT Bakrie and Brothers Tbk yang dulu jadi induk bisnis, kini tak lagi segemilang dulu.
Baca Juga: Hutan Kota Botani Square, Destinasi Wisata Hits 2025 Anak Bisa Kamu Cobain
Bakrie Telecom, yang sempat populer lewat teknologi CDMA, kini ibarat hidup segan mati tak mau.
Bakrieland yang mengembangkan properti besar, Bumi Resources yang pernah jadi raksasa batubara, hingga Energi Mega Persada di sektor migas, semua menghadapi nasib yang sama bertahan di tengah terpaan badai.
Namun kisah ini belum selesai. Generasi ketiga, seperti Ardi dan Anindya Bakrie, kini mulai mengambil estafet.
Baca Juga: Sky Playground Bogor Icon Mall, Destinasi Wisata Indoor Anak 2025