BOGORINSIDER.com – Bencana banjir dan longsor yang melanda Bali serta Nusa Tenggara Timur (NTT) pada September 2025 menyisakan luka mendalam. Namun, lebih dari sekadar duka, bencana ini juga mengingatkan pentingnya mitigasi bencana jangka panjang agar kerugian serupa tidak terus berulang.
Mengapa Bali & NTT Rentan Banjir?
Ada beberapa faktor yang membuat Bali dan NTT kerap menjadi langganan banjir dan longsor:
- Curah hujan ekstrem akibat La Nina – BMKG mencatat hujan deras turun lebih dari 200 mm dalam beberapa hari.
- Kondisi geografis – Banyak wilayah di Bali dan NTT berada di lereng curam dan aliran sungai besar.
- Alih fungsi lahan – Pembukaan hutan dan pembangunan di daerah resapan air memperparah risiko banjir.
- Minimnya infrastruktur pengendali banjir – Drainase yang buruk dan tanggul yang rapuh mempercepat luapan air.
Selain korban jiwa, banjir Bali-NTT menelan kerugian hingga Rp80 miliar. Pertanian, pariwisata, hingga UMKM lumpuh. Jika mitigasi tidak diperkuat, bencana serupa bisa terus menggerus perekonomian lokal.
Ekonom lingkungan, Prof. Nyoman Sutawan dari Universitas Udayana, menegaskan:
“Setiap bencana banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan lahan, tetapi juga menggerus pertumbuhan ekonomi daerah. Bali dan NTT perlu kebijakan jangka panjang yang tegas.”
Baca Juga: Update Terkini Banjir Bali-NTT, Semua yang Perlu Kamu Tahu
Solusi Jangka Panjang Mitigasi Banjir
Untuk mencegah bencana serupa, sejumlah langkah strategis perlu dilakukan:
- Rehabilitasi hutan & daerah aliran sungai (DAS): Mengembalikan fungsi hutan untuk menyerap air hujan.
- Pembangunan infrastruktur tahan bencana: Tanggul, bendungan kecil, dan sistem drainase modern.
- Edukasi masyarakat: Latihan evakuasi dan kesiapan bencana di sekolah maupun komunitas lokal.
- Pemetaan risiko & tata ruang berbasis bencana: Menghindari pembangunan di daerah rawan banjir dan longsor.
- Kolaborasi pemerintah & internasional: Memanfaatkan teknologi satelit untuk prediksi dini dan peringatan cepat.
Selain pemerintah, masyarakat juga punya peran penting. Inisiatif seperti menjaga hutan adat, membangun jalur evakuasi desa, hingga membuat kelompok siaga bencana terbukti efektif di beberapa wilayah.
Baca Juga: Tangis Warga Bali-NTT: Rumah Hanyut, Hidup di Tenda
Di Flores Timur, misalnya, warga membentuk komunitas lokal yang memantau curah hujan dan mengaktifkan sirene desa saat debit sungai meningkat.
Banjir Bali-NTT adalah cermin bahwa mitigasi bencana tidak bisa ditunda. Dibutuhkan kerja bersama antara pemerintah, akademisi, relawan, dan masyarakat. Hanya dengan langkah jangka panjang, Bali dan NTT bisa lebih siap menghadapi ancaman banjir di masa depan.