BOGORINSIDER.com – Banjir bandang dan longsor yang menerjang Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak Jumat (12/9/25) masih menyisakan duka mendalam. Ribuan warga mengungsi, infrastruktur lumpuh, dan kerugian ekonomi terus bertambah.
Berikut rangkuman fakta lengkap tentang bencana ini, mulai dari kronologi, dampak, hingga langkah penanganan pemerintah.
Hujan deras mengguyur Bali dan NTT sejak Jumat sore. Di Bali, Kabupaten Jembrana menjadi wilayah pertama yang terdampak parah, diikuti daerah Tabanan dan Gianyar.
Sementara di NTT, banjir bandang melanda Flores Timur, Sumba Barat, hingga Kupang.
BNPB melaporkan, curah hujan yang tinggi dalam waktu lebih dari 12 jam memicu luapan sungai dan tanah longsor. Hingga Sabtu (13/9/2025), tercatat 24 korban jiwa, 3 orang hilang, dan lebih dari 4.000 warga mengungsi.
Baca Juga: Tangis Warga Bali-NTT: Rumah Hanyut, Hidup di Tenda
Banjir dan longsor merusak jalan nasional Denpasar–Gilimanuk di Bali serta jembatan di Flores Timur yang hanyut terbawa arus. Sejumlah desa masih terisolasi karena akses darat terputus.
Aliran listrik di beberapa daerah padam, sekolah diliburkan, dan layanan kesehatan terganggu.
Kerugian sementara diperkirakan mencapai Rp80 miliar. UMKM, sektor pertanian, dan pariwisata terpukul keras.
Ratusan hektare sawah terendam air, hasil panen terancam gagal, sementara reservasi hotel di Bali dan Labuan Bajo banyak dibatalkan.
BNPB, TNI-Polri, serta relawan terus mengevakuasi warga dari daerah rawan banjir. Helikopter TNI AU digunakan untuk menyalurkan logistik, sementara kapal dikerahkan ke pulau-pulau kecil di NTT.
Kementerian Sosial menyalurkan bansos darurat berupa makanan, selimut, hingga perlengkapan bayi. Selain itu, dapur umum dan posko kesehatan telah dibuka di titik pengungsian.
BMKG memperingatkan bahwa fenomena La Nina memperkuat curah hujan di Indonesia timur. Bali dan NTT diperkirakan masih akan menghadapi hujan ekstrem hingga Februari 2026.