Keluarga Syok dan Berduka
Kabar duka ini menghancurkan keluarga TAS. Sang ibu tak kuasa menahan tangis saat mengetahui anak bungsunya menjadi korban mutilasi.
“Anak saya orang baik. Kenapa tega sekali diperlakukan seperti itu,” ucap ibunya lirih di depan awak media.
Jenazah TAS kini masih dalam proses penyusunan oleh tim forensik RS Bhayangkara Surabaya, sebelum bisa diserahkan ke pihak keluarga untuk dimakamkan.
Psikolog menilai kisah TAS menjadi pengingat bagi banyak perempuan muda.
“Hubungan toksik seringkali sulit diakhiri karena ada ikatan emosional. Namun, jika tanda-tanda kekerasan muncul, langkah terbaik adalah segera mencari pertolongan,” jelas seorang psikolog kepada Detik.
Baca Juga: Pernah Jadi Tukang Jagal Hewan, Motif Mutilasi Mojokerto Sampai 76 Potongan Tubuh Ditemukan
Tragedi yang menimpa TAS menjadi contoh nyata bagaimana hubungan penuh konflik bisa berujung pada kehilangan nyawa.
TAS adalah sosok anak muda dengan masa depan yang masih panjang. Namun, kisah hidupnya berakhir tragis dalam kasus mutilasi Mojokerto yang kini menjadi sorotan nasional. Publik berharap keadilan ditegakkan dan tragedi ini menjadi pelajaran agar tidak ada lagi korban serupa di masa depan.