Di dunia maya, opini publik terbelah. Sebagian memberikan dukungan moral pada Sintya yang berani bersuara meski hanya seorang fans biasa. Mereka memandang dirinya sebagai korban relasi kuasa antara selebritas dan penggemarnya.
Namun, ada juga yang menilai Sintya ikut salah karena terlalu percaya dan nekat masuk ke ranah pribadi sang DJ.
Meski begitu, mayoritas komentar menyoroti sikap keluarga DJ Panda.
“Bukannya minta maaf, malah nyalahin korban. Gimana publik enggak marah?”
“Kalau benar tanggung jawab, buktikan lewat tes DNA, jangan lempar opini.”
Publik juga membandingkan dengan kasus Erika Carlina, yang lebih dulu mengaku hamil DJ Panda dan melahirkan pada 1 Agustus 2025. Kala itu, DJ Panda langsung memberikan permintaan maaf terbuka.
Baca Juga: Terungkap Awal Mula Kisah DJ Panda & Sintya Cilla, Dari DM Instagram ke Hotel Solo
Namun, pada kasus Sintya, responsnya dianggap jauh berbeda. Tidak ada permintaan maaf resmi, justru muncul narasi defensif dari pihak keluarga. Perbedaan inilah yang membuat kasus Sintya semakin diperhatikan publik
Aktivis perempuan menilai kasus ini bukan sekadar gosip artis, melainkan isu serius tentang tanggung jawab moral dan hukum. Mereka menekankan bahwa keluarga seharusnya hadir untuk memberi klarifikasi, bukan menyalahkan pihak lain.
“Ini bukan hanya persoalan pribadi. Ketika ada anak lahir, itu menyangkut hak asasi manusia. Tes DNA adalah kewajiban moral, bukan pilihan,” ujar salah satu aktivis.
Pakar komunikasi publik juga menambahkan bahwa langkah keluarga DJ Panda akan sangat menentukan citra sang DJ ke depan. “Sekali salah langkah, reputasi bisa hancur total. Fans sekarang lebih kritis,” katanya.
Kasus DJ Panda, Sintya Cilla, dan peran keluarga kini menjadi pusat perhatian publik. Tekanan netizen kian besar, terutama terkait tuntutan tes DNA. Jika keluarga benar-benar buka suara, apakah mereka akan menghadapi masalah dengan transparan atau tetap memilih defensif?