Ia menyarankan agar masyarakat dengan kondisi ekonomi terbatas bisa lebih bijak dalam memilih gaya hidup.
“Kalau memang merasa miskin, kenapa harus memaksakan diri bergaya hidup tinggi, termasuk menyelenggarakan acara perpisahan sekolah?” ucap Dedi.
Aura pun dengan tegas menjawab bahwa dirinya memang berasal dari keluarga tidak mampu, namun tetap ingin merasakan momen yang dirasakan oleh siswa lain.
Perdebatan ini memicu diskusi lebih luas di masyarakat terkait batas antara kebutuhan emosional siswa dan realitas ekonomi keluarga. Meski memiliki pandangan berbeda, dialog antara Dedi dan Aura menjadi sorotan penting mengenai pendidikan, kesenjangan sosial, dan aspirasi generasi muda.