BOGORINSIDER.com --Kasus pembunuhan yang menimpa Yubelia Noven Cahya Rejeki dan Vina Cirebon di kota-kota berbeda ternyata memiliki motif yang serupa.
Kedua gadis muda ini menjadi korban segitiga asmara yang berakhir tragis, ketika pelaku yang merasa cintanya bertepuk sebelah tangan memilih jalan pembunuhan.
Nasib Tragis Yubelia Noven Cahya Rejeki
Yubelia Noven Cahya Rejeki, seorang siswi berusia 18 tahun dari SMK Baranangsiang, Bogor, tewas ditusuk di gang kecil Jalan Riau, Bogor Timur, pada 8 Januari 2019.
Peristiwa penusukan Noven Bogor ini menggemparkan warga sekitar dan menarik perhatian luas karena kejamnya tindakan tersebut.
Baca Juga: Kasus penusukan Andriana Yubelia Noven siswi Bogor hingga tewas memiliki ciri-ciri terekam CCTV
Menurut teman Noven, yang enggan disebut namanya, sebelum peristiwa penusukan, Noven pernah didekati oleh seorang kakak kelas yang menyatakan cinta padanya. Namun, cinta tersebut tidak berbalas.
Penolakan ini diduga menjadi pemicu tindakan nekat pelaku yang berujung pada kematian Noven.
Pembunuhan Sadis Vina di Cirebon
Kasus serupa terjadi di Cirebon pada tahun 2016, yang menimpa Vina, gadis berusia 16 tahun. Vina tewas di Jalan Perjuangan, depan SMPN 11 Cirebon pada 27 Agustus 2016. Vina diduga dianiaya oleh 11 pria, dan pelakunya diidentifikasi sebagai Egi, bersama dengan dua rekannya, Dani dan Andi.
Marliyana, kakak Vina, mengungkapkan bahwa adiknya pernah menceritakan tentang pernyataan cinta Egi yang selalu ditolak oleh Vina. Penolakan ini membuat Egi merasa sakit hati dan diduga menjadi penyebab utama aksi brutal yang menimpa Vina.
Baca Juga: Misteri kasus penusukan Noven di Bogor, pelaku masih bebas berkeliaran meski terekam CCTV
Upaya Pengejaran Pelaku
Sejak kejadian tersebut, Egi, Dani, dan Andi masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh pihak kepolisian. Namun hingga kini, polisi masih kesulitan untuk menangkap mereka. Ketiga pelaku terus melarikan diri, sementara keluarga korban menanti keadilan yang belum terwujud.
Kesamaan Motif dan Dampaknya
Dua kasus ini menunjukkan kesamaan motif yang menonjol, yaitu dendam akibat cinta yang bertepuk sebelah tangan. Kedua pelaku dalam kasus ini merasa terhina dan kecewa karena cinta mereka ditolak, hingga mereka memilih jalan kekerasan sebagai pelampiasan.
Kejadian-kejadian ini menjadi pengingat akan betapa pentingnya penanganan emosi dan sikap yang tepat dalam menghadapi penolakan. Selain itu, perlunya edukasi kepada masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya menghormati keputusan dan perasaan orang lain tanpa harus menimbulkan kebencian atau melakukan tindakan kekerasan.
Baca Juga: Sekolah Juara SMA IT BBS Kota Bogor Lepas Angkatan 27