Video lama kembali viral, Ala Alatas buka suara soal perselisihan Tasyi Athasyia dan Tasya Farasya: demi allah

BOGORINSIDER.com --Konflik dalam keluarga Tasyi Athasyia, Tasya Farasya, dan Ala Alatas, yang dikenal sebagai Mama Ala, masih terus berlanjut.

Setelah Tasyi Athasyia dan Syech Zaki mengunggah video kedua di saluran YouTube mereka pada tanggal 21 September 2022, video tersebut telah ditonton sekitar 3,5 juta kali oleh pengguna internet hingga tanggal 24 September 2022.

Banyak pengguna internet yang terkejut dengan pengakuan Tasyi tentang sikap dan perilaku saudara kembarnya serta ibu kandungnya.

Baca Juga: Tasyi Athasyia masih trending Twitter, kekayaan Ala Alatas ibundanya menjadi sorotan memiliki usaha bikin..

Meskipun demikian, Mama Ala tetap mempertahankan pendiriannya bahwa anak-anaknya tidak sedang berselisih.

Namun, sebenarnya Mama Ala telah menjawab pertanyaan-pertanyaan pengguna internet tentang konflik putri kembarnya tersebut melalui Instagram Story pada bulan Agustus 2022, setelah Tasyi mengunggah video curhat pertamanya.

Saat ini, rekaman audio dari Mama Ala telah tersebar di dunia maya. Dalam rekaman tersebut, Mama Ala dengan tegas menyatakan bahwa dia, Tasya, dan Kak Cepi tidak mengetahui apa-apa. Mereka sama sekali tidak mengetahui isi video yang diunggah oleh putrinya.

Baca Juga: Red flag! Tasyi Athasyia dituding minjam hp karyawannya malah dibalikin dalam keadaan hancur dibanting

Mama Ala juga mengaku tidak mengetahui adanya podcast atau kejadian apa pun yang terjadi.

Meskipun pengguna internet ramai membicarakannya dan mengomentarinya, Mama Ala tidak dapat memberikan klarifikasi apa pun.

Setelah dua kali Tasyi mengunggah video, Mama Ala tetap enggan menontonnya. Dia dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak akan pernah menontonnya karena dia tidak ingin terlibat dalam masalah yang lebih rumit.

Baca Juga: Tasyi Athasyia keji diduga pernah membuat saudara kembarannya Tasya Farasya hamping meninggal keguguran

Mama Ala adalah pendiri PT Tifar Admanco, perusahaan yang menyediakan tenaga kerja profesional Indonesia ke negara-negara Timur Tengah.***