Sosok Guruh Soekarno Putra Pernah Lawan Megawati, Sekarang Begini Jalan Hidupnya

BOGORINSIDER.com --Nama Guruh Soekarno Putra selalu memunculkan dua sisi yang kontras seorang seniman flamboyan dengan karya musik legendaris, sekaligus politisi senior yang masih aktif hingga kini.

Lahir pada 13 Januari 1953 dari pasangan Bung Karno dan Fatmawati, Guruh sejak kecil sudah menunjukkan bakat seni luar biasa.

Usia lima tahun ia menari Jawa, Sunda, Bali, bahkan menciptakan pementasan sendiri.

Baca Juga: Purbaya Tolak Tax Amnesty Jilid III, Ini Alasannya

Perjalanan musiknya berlanjut di sekolah Cikini, ketika ia tampil di TVRI sebagai pianis cilik. Di usia 10 tahun, Guruh mendirikan band The Big G dengan album bernuansa gamelan Bali.

Kariernya kian bersinar saat terlibat dalam proyek film populer seperti Ali Topan Anak Jalanan (1977), Gita Cinta dari SMA (1979), hingga karya eksperimental bersama grup Guruh Gipsy dan Suara Mahardika.

Penghargaan demi penghargaan datang, termasuk dari pemerintah Prancis dan Anugerah Musik Indonesia.

Baca Juga: Dari Potret Kecil hingga Jadi Konglomerat, Perjalanan Anak-Anak Soeharto

Namun Guruh bukan hanya seniman. Sejak 1992, ia aktif di dunia politik dan tak pernah absen duduk di kursi DPR RI. Bahkan, dalam kongres PDIP 2010, ia berani menantang kakaknya sendiri, Megawati Soekarnoputri, untuk posisi ketua umum.

Sikap kritisnya juga muncul ketika ia menolak isu pencalonan Megawati dan Puan Maharani pada Pilpres 2014.

Meski demikian, Guruh tetap lebih sering dikenang sebagai maestro seni ketimbang politisi. Di sisi lain, ada misteri besar yang membayanginya: laporan kekayaannya jarang tersorot.

Arsip lama menyebut hartanya sekitar Rp35 miliar pada 2008, namun hingga kini sulit ditemukan data resminya di LHKPN.

Baca Juga: Kisah Ayah Salma Idol Libatkan Ustaz Derry Sulaiman hingga Doa di Mekah Harap Anaknya Kembali Islam

Belakangan, publik dibuat heboh oleh video Guruh yang viral di TikTok, memperlihatkannya tengah menjalani terapi tulang tradisional. Wajahnya meringis kesakitan, tetapi itulah bukti bahwa sang maestro masih hadir, dengan segala warna kehidupannya.