BOGORINSIDER.com --Pernah menonton serial kolosal yang penuh jurus dan adegan laga? Jika iya, besar kemungkinan Anda mengenal sosok Aris Kurniawan. Di masa jayanya, ia kerap muncul sebagai jagoan layar kaca, memukau penonton dengan aksi-aksi tandingnya.
Tapi beberapa tahun belakangan namanya muncul kembali bukan lewat sinetron, melainkan lewat sebuah gerobak kecil di Cibubur: gerobak tahu bakso.
Kisah bermula sederhana. Di sela jeda syuting dan rutinitas, Aris sempat memberi tahu teman-temannya camilan khas dari kampung halamannya, tahu bakso.
Baca Juga: “Sekolah Dulu Baru Jadi DPR?” Sindiran Lita Gading untuk Mulan Jameela
Respon teman yang menyukai rasa itu menumbuhkan ide. Dari kenangan itu, Aris mulai menekuni berjualan tahu bakso, bukan sekadar hobi tapi sebagai cara menyambung rezeki.
Viralnya Aris bukan karena sensasi, melainkan karena kontras. Publik terkejut sekaligus tersentuh melihat aktor jagoan yang dulu beradegan heroik, kini mengayuh gerobak jualan, ramah melayani pembeli, dan tetap rendah hati.
Di antara tawa dan obrolan santai bersama pembeli, terlihat jelas kerja keras yang tak hilang.
Mesin produksi, bungkus rapi, sampai cara bicara yang hangat semua jadi bukti bahwa keberanian untuk berubah sering dimulai dari hal kecil.
Baca Juga: Demo DPR Rusuh, Konten Kreator Feri Irwandi Bicara Lantang Soal Dalang
Ketika media dan penonton datang, bukan hanya rasa ingin tahu yang muncul, tetapi juga simpati. Aris menceritakan bagaimana usaha tahu bakso sempat menolongnya di masa sulit.
Ia tak malu mengakui bahwa panggung dan kehidupan layar kaca tak selalu memberi kepastian. Dengan wajah yang sama yang dulu menantang lawan di adegan laga, kini ia menantang ketidakpastian hidup dengan tekad dan kerja nyata.
Kisah Aris menggeser perdebatan tentang “status” dan “kesuksesan.” Ia mengingatkan kita bahwa martabat tidak diukur dari kursi kemewahan, melainkan dari keberanian bekerja dan memberi manfaat. Penggemar yang datang bukan hanya untuk bernostalgia, tetapi untuk membeli sepotong tahu bakso yang kini mengandung cerita: tentang ketangguhan, penyesuaian, dan harapan.
Baca Juga: Sosok Istri Menkeu Purbaya, Sederhana tapi Berani Sebut Suami “Sombong” di DPR
Di tempat kecil itu, gerobak tahu bakso Aris menjadi panggung baru. Bukan lagi untuk adu jurus, tetapi untuk menunjukkan bahwa hidup punya babak-babak, dan setiap babak masih bisa dipenuhi kerja, kejujuran, dan doa. Untuk Aris, itu bukan kalah. Itu transformasi yang layak dihormati.
Artikel Terkait
Tangis Warga Bali-NTT: Rumah Hanyut, Hidup di Tenda
Update Terkini Banjir Bali-NTT, Semua yang Perlu Kamu Tahu
Politik Warisan Keluarga Dari Megawati ke Puan, Kini Cucu Ikut Jejak DPR RI
32 Barang Ahmad Sahroni yang Dijarah Akhirnya Kembali, Termasuk Sertifikat Tanah
Saatnya Perkuat Mitigasi Banjir Bali-NTT, Apa Strateginya?