Perhatikan! Daftar Produk Pro Israel Bakal Dirilis Pekan Depan: Unilever Tak Masuk, Kok Bisa?

Namun, menurutnya, perusahaan tersebut telah lama beroperasi di dalam negeri dan tidak memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan Israel.

"Contohnya, Unilever. Jika mereka di-boikot, pekerja dan petani mereka berasal dari Indonesia. Dampak boikotnya sangat luas bagi Indonesia, sungguh disayangkan bagi konsumen yang belum paham situasi ini," papar Shinta.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Pantai Tanjung Setia di Tepi Barat Provinsi Lampung, Wisata Tersembunyi yang Eksotis

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) juga telah mengomentari seruan untuk melakukan boikot terhadap produk Israel.

Yukki Nugrahawan Hanafi, Pelaksana Tugas Harian Ketua Umum Kadin, menyatakan bahwa aksi boikot bisa berpotensi merugikan dalam dunia usaha, terutama pada sektor yang memiliki ketergantungan pada tenaga kerja.

Hanafi menekankan perlunya tindakan dari pemerintah untuk menegakkan kepentingan nasional dalam menciptakan lingkungan usaha yang kondusif.

Sementara itu, terkait informasi mengenai daftar merek produk yang diduga terkait dengan konflik di Palestina, Kadin merujuk pada pernyataan MUI yang menegaskan tidak merilis daftar produk yang terbukti berhubungan dengan konflik tersebut.

Baca Juga: Peduli Warga Disabilitas, RS Islam Aysha Salurkan Puluhan Kaki dan Tangan Palsu Kepada 52 Disabilitas

Hanafi menegaskan bahwa Kadin mengutuk segala bentuk kekerasan dan penindasan, termasuk yang terjadi di Palestina.

Uswati Leman Sudi, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI), juga memperkirakan bahwa sektor ritel dapat mengalami penurunan pendapatan lebih dari 50 persen jika aksi boikot terhadap produk yang terafiliasi dengan Israel terus berlanjut.

Dampak dari seruan boikot ini diindikasikan akan berimbas besar pada industri ritel dari awal hingga akhir rantai, berpotensi pada penurunan ekonomi Indonesia dan bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).***