lifestyle

A Man Called Otto: Potret Pria Sepi dan Keajaiban Kebaikan Kecil

Jumat, 8 Agustus 2025 | 19:33 WIB
Otto, dengan tatapan tajam penuh luka dan kerinduan. Di balik raut wajah dinginnya, tersimpan kisah kehilangan dan harapan yang perlahan tumbuh kembali. (Foto/YouTube - @sonypictures.)

BOGORINSIDER.com - Film A Man Called Otto, karya sutradara Marc Forster dengan durasi 126 menit, mulai tayang di bioskop Indonesia pada 13 Januari 2023. Ceritanya diadaptasi dari novel terkenal berjudul A Man Called Ove karya Fredrik Backman (2012) dan merupakan versi Amerika dari film Swedia berjudul sama yang sempat sukses besar pada 2015. Skenarionya ditulis oleh David Magee.

Cerita film ini berpusat pada Otto, seorang pria lanjut usia yang hidup dalam kesendirian sejak istrinya, Sonya, meninggal dunia. Tinggal di lingkungan perumahan yang tertata rapi, Otto menjalani hari-harinya dengan sikap dingin dan kerap terganggu oleh hal-hal sepele. Ia tampak menarik diri dari dunia luar dan mencoba mengakhiri hidupnya karena merasa tak lagi memiliki tujuan.

Namun, setiap kali Otto mencoba mengakhiri hidupnya, selalu saja muncul gangguan tak terduga yang membuat usahanya gagal. Lama-kelamaan, meski awalnya terkesan sulit didekati, Otto justru menjadi pribadi yang membantu banyak orang di sekitarnya.

Baca Juga: “Ngeri-Ngeri Sedap”: Potret Hangat Keluarga Batak dalam Balutan Drama Komedi

Alih-alih mendorong pemikiran gelap, film ini justru mengajak penonton melihat dari sisi lain: tentang betapa berartinya keberadaan seseorang, sekecil apa pun tindakannya. Lewat kilas balik, kita diperlihatkan hubungan Otto dan Sonya yang hangat dan penuh cinta, hingga kehilangan Sonya membuat Otto merasa hampa dan kehilangan arah.

Meski bertemakan duka dan keputusasaan, film ini dibalut dengan sentuhan humor yang cerdas. Tom Hanks memerankan Otto dengan sangat kuat—karakter yang kaku dan ketus namun tetap mampu mengundang tawa lewat celetukan dan ekspresi datarnya. Humor hadir dari ketegangan antara sikap Otto yang serius dan kejadian-kejadian lucu di sekelilingnya.

Karakter Marisol, tetangga baru Otto yang ceria dan penuh energi, diperankan oleh Mariana Treviño, menjadi titik balik dalam hidup Otto. Marisol dan suaminya Tommy sering kali muncul sebagai "pengacau" yang justru membawa perubahan positif bagi Otto. Dari yang semula bersikap dingin, Otto perlahan membuka diri dan menjalin hubungan yang menyentuh dengan mereka.

Baca Juga: Leher Angsa: Film Anak yang Sarat Sindiran dan Cinta Lingkungan

Salah satu bagian menarik dan sensitif adalah kehadiran Malcolm, remaja transgender yang mengalami penolakan dari keluarganya. Identitas gender yang ia miliki diperlihatkan dengan cara yang lembut dan menghargai, memperlihatkan bahwa Otto pun mampu bersikap hangat kepada orang yang berbeda darinya.

Secara keseluruhan, film ini bukan tentang dramatisasi berlebihan, tapi tentang pesan mendalam bahwa kebaikan sekecil apa pun bisa berdampak besar. Di akhir kisah, Otto memang meninggal, namun peninggalannya bukan sekadar benda, melainkan jejak kebaikan yang terasa di hati orang-orang di sekelilingnya.

Skor akhir: 8,5/10. Film ini menyentuh, sederhana, dan mengingatkan bahwa bahkan orang yang paling tertutup pun bisa membawa cahaya bagi sesama.

Baca Juga: Review Film Harry Potter and the Sorcerer's Stone: Awal dari Dunia Sihir yang Menakjubkan

Tags

Terkini

Kenapa Sering Laper Tengah Malam?

Rabu, 17 September 2025 | 21:20 WIB

Cedera Mata Akibat Padel Risiko paling Diremehkan

Rabu, 17 September 2025 | 21:13 WIB

Ganti 4 Minuman ini Agar Ginjal Tetap Sehat

Rabu, 17 September 2025 | 20:53 WIB

Waspada, Tiba-tiba Memar tanpa Benturan

Rabu, 17 September 2025 | 20:46 WIB

Perlukah Rambut Dicukur Habis? Ini Penjelasan Dokter !

Rabu, 17 September 2025 | 20:36 WIB

Rambut Rontok dan Kering Atasi dari Rumah

Selasa, 16 September 2025 | 20:50 WIB

Khasiat Jahe Merah dan Lemon untuk Tubuh

Selasa, 16 September 2025 | 20:37 WIB