BOGORINSIDER.com - Bagi sebagian orang, masuk ke perpustakaan tua atau membuka halaman buku yang sudah menguning bisa menimbulkan sensasi aneh tapi menyenangkan. Ada rasa nostalgia, ketenangan, bahkan semacam kedamaian yang sulit dijelaskan. Tapi… apakah benar bau buku lama bisa menenangkan otak?
Jawabannya: iya, dan ada penjelasan ilmiahnya.
Bukan Sekadar Nostalgia, Tapi Respons Otak yang Nyata
Aroma khas dari buku lama ternyata bukan cuma menyenangkan karena kenangan masa kecil atau suasana sunyi perpustakaan. Penelitian menunjukkan bahwa aroma tertentu dapat memicu sistem limbik di otak, bagian yang bertanggung jawab atas emosi dan memori.
Bau buku tua yang sering digambarkan sebagai kombinasi antara vanila, kayu, dan sedikit aroma tanah berasal dari senyawa kimia yang disebut volatile organic compounds (VOC). Saat buku mengalami penuaan, senyawa seperti lignin dan selulosa dalam kertas mulai terurai dan menghasilkan VOC tersebut.
Menurut ahli kimia, senyawa seperti benzaldehid, ethylbenzene, dan 2-ethyl hexanol inilah yang menciptakan wangi manis, mirip almond atau bunga kering, yang sering kita cium saat membuka buku lama. Bau-bau ini secara tak sadar membuat otak merasa nyaman mirip efek aromaterapi.
Aroma yang Menurunkan Stres
Seperti halnya aroma lavender atau kayu cendana, aroma buku lama ternyata bisa memberi efek menenangkan secara psikologis. Ini terjadi karena bau tersebut memicu reaksi emosi positif, memperlambat detak jantung, dan menurunkan kadar kortisol hormon stres dalam tubuh.
Tak heran jika para pecinta buku sering merasa lebih fokus, tenang, dan rileks saat membaca buku cetak, terutama yang sudah usang. Bukan cuma karena kontennya, tapi juga karena pengalaman multisensorik yang disediakan oleh aroma buku itu sendiri.
Efek ‘Bibliosmia’: Ketika Bau Buku Jadi Terapi Emosional
Fenomena ini disebut bibliosmia, yaitu rasa suka yang intens terhadap aroma buku. Ini bisa menjadi semacam coping mechanism alami. Di tengah dunia yang serba digital, sentuhan dan aroma buku fisik seperti menghadirkan momen mindfulness mengajak kita kembali ke momen “di sini dan sekarang.”
Psikolog menyebut ini sebagai bentuk grounding yang efektif: ketika seseorang merasa cemas atau tidak stabil secara emosional, mencium aroma yang familiar dan menyenangkan bisa membantu menenangkan sistem saraf.
Kenapa Buku Baru Tidak Memberikan Efek yang Sama?
Buku baru memang punya aroma khas, tapi cenderung lebih tajam karena masih mengandung bahan kimia modern seperti pemutih kertas (hidrogen peroksida) atau bahan pelapis anti-air. Bagi sebagian orang, bau ini justru tidak memberi kenyamanan yang sama bahkan bisa dianggap terlalu ‘industri’.
Sebaliknya, aroma alami dari pelapukan kertas dan tinta pada buku lama lebih menyerupai aroma organik, yang menurut otak kita, terasa lebih ‘ramah’ dan familiar.
Artikel Terkait
Singgung orang suka demen minjam uang, Rachel Vennya: aku ogah menerima pinjam meminjam uang!
Nunung tinggal di kosan setelah jual rumah, dapat kejutan dari Raffi Ahmad dan Nagita Slavina