BOGORINSIDER.com --Di sebuah sudut barat Kota Semarang, berdiri megah sebuah kompleks kelenteng berwarna merah menyala yang memancarkan aura kedamaian dan sejarah panjang lintas bangsa.
Tempat itu adalah Sam Poo Kong, peninggalan monumental yang menjadi simbol harmoni antara budaya Tionghoa dan Jawa.
Bagi warga Semarang, Sam Poo Kong bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah saksi bagaimana pertemuan antarbangsa di masa lampau melahirkan cerita persahabatan yang abadi.
Kisah Awal: Kedatangan Laksamana Cheng Ho
Sejarah Sam Poo Kong bermula pada abad ke-15, ketika Laksamana besar dari Tiongkok, Cheng Ho (Zheng He), berlabuh di pantai utara Jawa dalam salah satu ekspedisi maritimnya. Dalam perjalanan diplomatiknya ke berbagai kerajaan Asia, kapal Cheng Ho sempat singgah di Semarang.
Baca Juga: Wajib Telusuri Keindahan Kota Lama Semarang, Jejak Kolonial Destinasi Wisata yang Abadi
Menurut kisah yang hidup di masyarakat, Cheng Ho yang beragama Islam mendirikan tempat persinggahan dan peribadatan di lokasi tersebut untuk para awak kapalnya yang sakit dan membutuhkan tempat beristirahat.
Dari situlah, kemudian lahir bangunan yang kini dikenal sebagai Sam Poo Kong.
Nama “Sam Poo Kong” sendiri berarti Gua Tiga Dewa, yang menggambarkan perpaduan antara keyakinan, penghormatan leluhur, dan spiritualitas lintas budaya.
Arsitektur yang Memikat: Harmoni Warna dan Simbol
Begitu melangkah ke area kompleks Sam Poo Kong, mata langsung dimanjakan oleh dominasi warna merah dan emas yang memantulkan kehangatan. Setiap sudutnya dipenuhi ukiran naga, lentera gantung, dan simbol keberuntungan khas budaya Tionghoa.
Bangunan utamanya adalah Kelenteng Sam Poo Tay Djien (Kelenteng Cheng Ho) yang menjadi pusat kegiatan spiritual. Di dalamnya terdapat patung Cheng Ho yang dihormati oleh masyarakat sebagai simbol kebajikan dan perdamaian.
Tak hanya satu, di kawasan ini terdapat beberapa bangunan lain seperti Kelenteng Dewa Bumi, Kelenteng Juru Mudi, dan Kelenteng Dewa Laut, yang masing-masing memiliki fungsi dan makna tersendiri.
Baca Juga: Destinasi Lawang Sewu Semarang, Dari Jejak Kolonial Menjadi Daya Tarik Wisata Sejarah
Keindahan arsitektur Sam Poo Kong bukan hanya menarik bagi umat yang beribadah, tapi juga memikat hati para wisatawan dan fotografer yang ingin menangkap keagungan budaya dalam bingkai gambar.
Ritual dan Festival: Perayaan yang Menyatukan
Setiap tahunnya, Sam Poo Kong menjadi pusat perhatian saat perayaan Festival Cheng Ho digelar. Acara ini memperingati hari kedatangan sang Laksamana di Semarang dengan kirab budaya, pertunjukan barongsai, dan parade lintas etnis yang meriah.