BOGORINSIDER.com --Di antara hiruk pikuk modernitas dan gedung-gedung tinggi, Semarang menyimpan kawasan yang seolah membawa pengunjung melintasi waktu.
Di sanalah Kota Lama Semarang berdiri sebuah kawasan yang membuat siapa pun terpikat dengan pesona arsitektur kolonial, jalanan batu tua, dan suasana Eropa di tengah panasnya kota pelabuhan Jawa Tengah ini.
Awal Sejarah: Dari Benteng ke Pusat Perdagangan
Kota Lama Semarang lahir pada abad ke-17 ketika Belanda membangun Benteng Vijhoek sebagai pusat pertahanan dan perdagangan. Seiring berjalannya waktu, kawasan ini berkembang menjadi pusat ekonomi Hindia Belanda di pesisir utara Jawa.
Baca Juga: Destinasi Lawang Sewu Semarang, Dari Jejak Kolonial Menjadi Daya Tarik Wisata Sejarah
Bangunan-bangunan megah berdiri di sepanjang jalan dengan gaya arsitektur Eropa klasik. Dari kantor dagang, bank, hingga gereja tua semuanya dibangun dengan detail yang mengesankan dan daya tahan yang luar biasa.
Kini, setelah berabad-abad berlalu, sisa-sisa kemegahan masa itu tetap bisa dinikmati. Setiap dinding tua dan jendela besar di Kota Lama seperti menyimpan cerita diam-diam tentang masa lalu yang penuh dinamika.
Arsitektur dan Suasana Eropa yang Memikat
Langkah pertama memasuki kawasan ini langsung menghadirkan suasana yang berbeda. Bangunan-bangunan bercat putih dan krem berdiri berjejer rapi di sepanjang jalan beraspal batu.
Salah satu ikon utamanya adalah Gereja Blenduk, bangunan bergaya neoklasik dengan kubah besar berwarna tembaga yang berkilau di bawah matahari Semarang.
Selain gereja, ada pula gedung-gedung tua seperti Bank Mandiri Heritage, Gedung Jiwasraya, dan Marba Buildingyang kini bertransformasi menjadi spot foto populer.
Pencahayaan lampu jalan di malam hari menambah suasana romantis.
Banyak fotografer menjadikan kawasan ini sebagai latar karya visual yang sarat nuansa historis dan artistik.
Baca Juga: Wisata Malam Bogor: Dari Angkringan Hingga Event Musik Lokal
Kota Lama di Era Modern: Dari Bangunan Tua ke Ruang Hidup
Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota Semarang bersama komunitas lokal berhasil menghidupkan kembali kawasan ini.
Bangunan-bangunan tua direstorasi tanpa menghilangkan bentuk aslinya, dan kini diisi dengan galeri seni, toko antik, hingga kafe bergaya retro.
Nama-nama tempat seperti Spiegel Bar & Bistro, Tekodeko Koffiehuis, dan Semarang Contemporary Art Gallerykini akrab di telinga wisatawan muda.
Artikel Terkait
Tren Wisata Digital: Cara Anak Muda Bogor Menjelajah dengan Smartphone
Kembali ke Alam: Fenomena Wisata Healing di Kawasan Puncak dan Sekitarnya
Rute Wisata Sepeda di Bogor: Jelajah Kota Hujan dengan Cara Sehat
Transformasi Wajah Lama Bogor: Tempat Wisata Klasik yang Bangkit Lagi
Wisata Kuliner Sebagai Magnet Baru Kota Bogor di Era Digital