BOGORINSIDER.com — Setiap akhir pekan, arus kendaraan menuju Puncak kembali padat. Namun kali ini, bukan semata untuk wisata keluarga seperti dulu. Banyak wajah muda, membawa ransel kecil dan kamera analog, datang bukan untuk berfoto semata tapi untuk healing. Sebuah kata sederhana yang kini punya makna baru: menyembuhkan diri lewat keheningan dan alam.
Saat Kota Terlalu Bising
Hidup di tengah rutinitas cepat, notifikasi tanpa henti, dan tekanan sosial media membuat banyak anak muda merasa lelah secara emosional. Healing di alam menjadi bentuk perlawanan paling lembut terhadap ritme dunia yang tak memberi jeda.
Bogor, dengan udara lembap dan hijaunya pegunungan, menawarkan panggung alami untuk proses itu.
“Kalau ke Puncak, rasanya seperti disapa,” kata Rizka, 27 tahun, karyawan startup yang sering short escape setiap Sabtu pagi. “Bukan cuma udara dinginnya yang menyegarkan, tapi juga kesunyian yang menenangkan.”
Alam Sebagai Terapi
Konsep wisata healing sebenarnya bukan hal baru. Tapi di Bogor, maknanya berkembang. Banyak tempat wisata kini menggabungkan alam dengan aktivitas reflektif: meditasi ringan, yoga di tengah hutan pinus, hingga forest bathing di kawasan Gunung Geulis dan Mega Mendung.
Di Taman Safari Lodge, misalnya, pengunjung bisa bangun pagi dan mendengar kicau burung tanpa suara mesin kendaraan. Di Leuwi Hejo, air jernih yang mengalir di antara batuan seolah menghapus segala penat mental.
Fenomena ini menunjukkan bahwa healing bukan sekadar tren media sosial, tapi kebutuhan psikologis yang nyata.
Baca Juga: Tren Wisata Digital: Cara Anak Muda Bogor Menjelajah dengan Smartphone
Komunitas Healing Bogor
Sementara itu, komunitas “Ride for Peace” menggabungkan hobi bersepeda dengan healing trip. Rutenya sering melewati jalur alternatif Puncak hingga hutan Cisarua, dengan konsep: “Mengayuh sambil melepas beban.”
Dari Wisata ke Kesadaran
Di balik tren healing, tersimpan kesadaran baru tentang pentingnya koneksi manusia dengan alam. Banyak peserta trip menyadari bahwa alam bukan tempat untuk “melarikan diri”, tapi ruang untuk kembali pulang ke diri sendiri.
Data dari Dinas Pariwisata Kota Bogor menunjukkan peningkatan 27% kunjungan ke lokasi wisata alam pasca pandemi. Namun yang menarik, durasi kunjungan semakin lama, dan pola konsumsi berubah. Mereka lebih memilih glamping atau homestay kecil dengan suasana personal, dibanding hotel besar.
Baca Juga: Nikmati Sensasi Menginap di Hidden Valley Hills, Cahaya Kota di Bawah Langit Malam Puncak Bogor
Artikel Terkait
Nikmati Petualangan Offroad dan Paralayang di Pangalengan yang Bikin Deg-degan
Bisa Anda Rasakan Pesona Wisata Alam Umbul Ponggok, Surga Bawah Air di Klaten Kota Jawa Tengah
Candi Plaosan, Wisata Budaya Indonesia Cinta Abadi di Balik Batu Kuno Klaten Wajib Dikunjungi
Pesona Wisata Air Umbul Manten Klaten, Legenda Cinta yang Hidup di Dalam Air
Nikmati Wisata Air dengan Keindahan Senja di Rowo Jombor, Pesona Alam yang Tenang di Klaten