Tren Wisata Digital: Cara Anak Muda Bogor Menjelajah dengan Smartphone

photo author
- Sabtu, 25 Oktober 2025 | 17:16 WIB
Anak muda Bogor menjelajah kota dengan smartphone, menciptakan kisah digital dari setiap perjalanan. (Foto/ Istimewa.)
Anak muda Bogor menjelajah kota dengan smartphone, menciptakan kisah digital dari setiap perjalanan. (Foto/ Istimewa.)

BOGORINSIDER.com  Perjalanan kini tidak lagi dimulai dari tiket atau peta kertas. Di era digital, semuanya berawal dari layar ponsel. Di Bogor, fenomena ini terasa nyata: anak muda menjelajah kota hujan bukan hanya dengan langkah kaki, tapi juga lewat jari yang menelusuri Google Maps, TikTok, dan Instagram Explore.

Wisata digital bukan sekadar tren, tapi perubahan cara manusia berinteraksi dengan ruang, waktu, dan pengalaman. Bogor menjadi panggung yang menarik untuk mengamati perubahan ini antara nostalgia kota tua dan ledakan gaya hidup digital yang membentuk generasi baru penjelajah.

Dari Feed ke Destinasi

Dulu, orang datang ke tempat wisata setelah membaca rekomendasi di brosur atau majalah. Sekarang, cukup satu video berdurasi 15 detik di TikTok dengan tagar #wisatabogor, dan ribuan orang bisa tergerak untuk berangkat.
Salah satu contohnya adalah fenomena “Curug Challenge”, di mana pengguna media sosial berlomba menemukan air terjun tersembunyi di sekitar Bogor. Tidak sedikit yang mengunggah rute, tips, hingga spot foto terbaik. Dalam hitungan hari, tempat yang awalnya sepi bisa berubah jadi viral.

Namun di balik viralitas itu, ada semangat baru: rasa ingin tahu digital. Generasi muda Bogor tidak hanya menjadi wisatawan, tetapi juga pencipta narasi wisata. Mereka merekam, mengedit, dan membagikan pengalaman dengan gaya mereka sendiri.

Baca Juga: Nikmati Sensasi Menginap di Hidden Valley Hills, Cahaya Kota di Bawah Langit Malam Puncak Bogor

Smartphone Sebagai Kompas Baru

Bagi generasi Z Bogor, smartphone bukan sekadar alat komunikasi, melainkan kompas modern. Aplikasi seperti Google Maps, Komoot, dan AllTrails membantu mereka menemukan jalur baru, dari jalan desa hingga spot sunrise tersembunyi di Gunung Pancar.

“Kalau dulu kita nanya arah ke warga, sekarang cukup lihat review di Maps atau nonton vlog,” ujar Rani, mahasiswa asal Dramaga yang gemar solo traveling. “Tapi rasanya tetap seru, karena setiap klik membuka peluang untuk nyasar ke tempat baru.”

Digitalisasi memang mengubah cara orang menjelajah, tapi juga menghadirkan tantangan baru: menjaga keaslian pengalaman di tengah banjir informasi.

Virtual Tour dan Hybrid Experience

Pandemi pernah membatasi perjalanan fisik, tapi justru melahirkan tren virtual tourism. Beberapa komunitas kreatif di Bogor seperti Explore Bogor dan Jelajah Heritage mulai menawarkan tur digital memadukan peta interaktif, foto 360 derajat, dan cerita lokal.
Kini, tren itu tidak hilang, justru berevolusi. Banyak wisatawan muda melakukan hybrid travel, yaitu menjelajahi tempat sambil membuat konten digital secara langsung.

Misalnya, mereka datang ke Kampung Budaya Sindangbarang, lalu membuat video dokumenter mini tentang sejarah Sunda dengan gaya reel cinematic. Konten seperti ini membuat wisata bukan hanya untuk dilihat, tapi juga dibagikan.

Kota Hujan dan Kreativitas Tanpa Batas

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X