Dari sinilah, Letkol Untung mulai mendapatkan kepercayaan untuk menjabat dalam posisi-posisi kunci di militer. Salah satu posisi yang mencolok adalah ketika dia ditunjuk menjadi anggota Tjakrabirawa pada pertengahan tahun 1964.
Namun, ada sesuatu yang mencurigakan dalam keputusan Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad, dalam menentukan anggota Tjakrabirawa.
Soeharto seharusnya mengetahui riwayat Batalyon Banteng Raiders atau Sudigdo dengan baik, mengingat pengalamannya sebagai Pangdam Diponegoro.
Namun, ia malah memasukkan anggota batalyon tersebut ke dalam pasukan pengamanan presiden.
Akhirnya, sekitar setahun setelah Letkol Untung bergabung dengan Tjakrabirawa, terjadi peristiwa Gerakan 30 September yang mengakibatkan tewasnya tujuh jenderal Angkatan Darat.
Keterlibatan Letkol Untung dalam PKI Madiun membuatnya menjadi salah satu tokoh kunci dalam G30S.
Dalam pelaksanaan gerakan ini, Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief sebagai ketua pelaksana penculikan para petinggi TNI AD.
Pada akhirnya, Letkol Untung berhasil ditangkap pada tanggal 11 Oktober 1965. Setelah melewati serangkaian sidang, dia dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 1966.***