BOGORINSIDER.com - Organisasi masyarakat (ormas/komunitas) memegang peran penting dalam menyuarakan isu publik: pendidikan, lingkungan, kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi.
Namun, saat materi komunikasi dipublikasikan sebagai berita, standar yang digunakan bukan lagi sekadar pengumuman internal—melainkan kaidah jurnalistik yang mengedepankan akurasi, keadilan, dan kepentingan publik.
Artikel ini merangkum etika dan best practice yang bisa langsung diterapkan agar setiap rilis dari organisasi Anda tidak hanya tayang, tetapi juga terpercaya, aman secara hukum, dan berdampak.
1) Mulai dari Kepentingan Publik, Bukan Promosi
Kunci pertama adalah menempatkan publik sebagai pusat. Hindari rilis yang bernuansa klaim sepihak (“paling”, “terbaik”) tanpa data pendukung. Alih-alih menonjolkan organisasi, tonjolkan masalah yang diselesaikan, bukti dampak, dan apa yang bisa dipelajari pembaca. Ini membuat redaksi lebih mudah melihat relevansi, dan audiens lebih mudah percaya.
Checklist cepat:
- Apa isu publiknya?
- Siapa yang merasakan manfaatnya?
- Ada data/angka yang bisa diverifikasi?
2) Akurasi Data & Verifikasi Sumber
Integritas dimulai dari akurat sejak draf pertama. Setiap angka, kutipan, dan klaim harus dapat ditelusuri:
- Sertakan fact sheet satu halaman (angka utama, metodologi singkat, periode pengukuran).
- Lampirkan kontak verifikasi (nama, jabatan, WA, email) dan siapkan respon cepat.
- Untuk riset/survei, jelaskan metodologi ringkas (ukuran sampel, waktu, cara pengambilan data).
Ingat: jika ada potensi bias (sponsor, afiliasi), nyatakan secara transparan. Redaksi menghargai keterbukaan.
3) Keseimbangan & Hak Jawab
Jika topik menyentuh pihak lain—misalnya kritik atas layanan publik atau kebijakan—sediakan ruang keseimbangan:
- Cantumkan konteks dan data pembanding.
- Upayakan komentar dari pihak terkait (atau tuliskan bahwa sudah diupayakan).
- Bila setelah terbit muncul masukan baru, sediakan mekanisme koreksi (correction policy) yang jelas.
Tujuan Anda bukan “menang argumen”, melainkan menginformasikan publik secara adil.
4) Etika Foto, Video, dan Hak Cipta
Visual memperkuat pesan, tetapi punya konsekuensi hukum dan etika:
- Gunakan foto milik sendiri atau materi berlisensi; lampirkan izin tertulis bila perlu.
- Sertakan caption yang menjelaskan siapa/apa/di mana/kapan.
- Lindungi subjek rentan (anak, korban kekerasan, pasien). Hindari identifikasi tanpa persetujuan. Sensor wajah atau ubah angle bila dibutuhkan.
5) Privasi & Persetujuan (Consent)
Saat menampilkan data personal atau testimoni:
- Minta persetujuan tertulis—jelaskan tujuan publikasi dan potensi jangkauan.
- Minimalkan detail sensitif (alamat, data kesehatan, status hukum) kecuali ada alasan kuat dan izin eksplisit.
- Patuhi regulasi setempat soal perlindungan data.
6) Bahasa yang Inklusif, Tidak Diskriminatif
Bahasa membentuk persepsi. Terapkan:
- Sapaan netral dan tidak merendahkan kelompok tertentu.
- Hindari stereotip berbasis suku, agama, gender, disabilitas, atau status sosial.
- Gunakan angka dan evidence ketimbang label stigmatis.
7) Struktur Jurnalistik: Piramida Terbalik
Agar mudah diproses redaksi, gunakan format yang familiar:
- Judul: spesifik, faktual, tanpa klaim bombastis.
- Lead: rangkum 5W+1H + mengapa penting untuk publik.
- Tubuh berita: data kunci, konteks, kutipan dari dua sisi (internal + penerima manfaat/ahli).
- Penutup: tindak lanjut, agenda berikutnya, ajakan kolaborasi.
Tip: Simpan versi feature (kisah manusia) sebagai alternatif bila media ingin sudut human interest.