Ekonomi Lokal Bali & NTT Lumpuh Akibat Banjir & Longsor

photo author
- Sabtu, 13 September 2025 | 14:52 WIB
“Bali  terendam banjir, Rabu (10/9/2025).” (Foto/X @unbothereduser)
“Bali terendam banjir, Rabu (10/9/2025).” (Foto/X @unbothereduser)

BOGORINSIDER.com – Bencana banjir dan longsor yang melanda Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, tetapi juga membawa dampak besar terhadap sektor sosial dan ekonomi. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal, ratusan usaha kecil gulung tikar, dan pariwisata yang baru pulih pascapandemi kembali terpukul.

Sejumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bali melaporkan kerugian besar setelah kios, toko, dan gudang terendam banjir. Sentra kerajinan di Kabupaten Gianyar dan usaha kuliner di Jembrana kehilangan stok barang serta bahan baku.

“Semua batik dan tenun yang kami simpan basah total. Kerugian diperkirakan mencapai Rp200 juta,” kata Ni Luh, pengrajin kain di Gianyar.

Di NTT, sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal juga terpukul. Puluhan hektare sawah dan ladang jagung di Flores Timur terendam air, mengancam hasil panen yang seharusnya dipanen bulan depan.

Industri pariwisata Bali yang baru saja bangkit setelah pandemi, kembali terpukul. Beberapa akses jalan menuju destinasi wisata populer seperti Tanah Lot dan Pantai Medewi rusak parah, membuat wisatawan kesulitan mencapai lokasi.

Di NTT, jalur menuju Labuan Bajo sempat terganggu akibat tanah longsor di Manggarai Barat. Padahal kawasan ini menjadi pintu masuk utama wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional Komodo.

“Banyak reservasi hotel yang dibatalkan. Wisatawan takut terjebak banjir atau longsor,” kata I Gede, pemilik homestay di Bali Barat.

Baca Juga: Banjir dan Longsor Terjang Bali-NTT, Korban Bertambah

BNPB memperkirakan kerugian sementara akibat bencana ini mencapai lebih dari Rp80 miliar. Angka tersebut mencakup kerusakan rumah, fasilitas umum, lahan pertanian, hingga kerugian pelaku usaha pariwisata.

Ekonom Universitas Udayana, I Wayan Sudarma, menilai bencana ini akan menekan pertumbuhan ekonomi Bali dan NTT pada kuartal ketiga 2025. “UMKM dan pariwisata adalah sektor penopang utama, dan keduanya terpukul keras. Butuh waktu lama untuk pulih,” ujarnya.

Selain kerugian materi, dampak sosial juga sangat terasa. Ribuan warga masih bertahan di tenda pengungsian dengan fasilitas terbatas.

Anak-anak kesulitan belajar karena sekolah rusak, sementara banyak warga dewasa kehilangan pekerjaan sementara akibat tempat usahanya terdampak.

Seorang psikolog dari Universitas Nusa Cendana, Kupang, menyebut banyak anak mengalami trauma setelah menyaksikan rumah mereka terseret banjir. “Mereka butuh dukungan psikososial agar bisa pulih secara mental,” jelasnya.

Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah kini fokus pada pemulihan ekonomi. Kementerian Sosial menyalurkan bantuan uang tunai sementara bagi keluarga terdampak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Lambannya Perkara Kasus Pelecehan di SD Advent Bekasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 13:17 WIB

Terpopuler

X